VEKTOR PENYAKIT CACING

PENDAHULUAN 
Filariasis merupakan ( penyakit kaki gajah ) merupakan salah satu penyakit tertua dan paling melemahkan yang dikenal di dunia. Buku buku medis kuno dari cina, india dan persia melukiskan penyakit ini dalam patung patung mesir kuno dan ilustrasi balok kayu dari jepang yang menunjukan orang orang yang cacat karena filariasis limfatik ( Dean, 2001 ). filariasis adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang hidup dalam saluran limfe hospes dan ditularkan melalui gigitan nyamuk. Filariasis diperkirakan menginfeksi sekitar 120 juta penduduk di 80 negara terutama di daerah tropis dan beberapa daerah sub tropis ( Depkes RI,2002 ), Vektor filariasis adalah nyamuk. Di indonesia hingga saat ini telah diketahui terdapat 23 spesies nyamuk dari genus Mansonia, Anopheles, Culex, Aedes, dan Armigeres yang dapat berperan sebagai vektor dan vektor potensial sebagai penyakit fikariasis. sepuluh dari spesies nyamuk Anopheles telah di identifikasi sebagai vektor whucereria bancrofti tipe pedesaan. sedangkan untuk tipe wuchereria  bancrofoti tipe perkotaan adalah culex quinquefasciatus vektor bulgaria malayi tercatat ada enam species mansonia dan untuk wilayah indonesia timur selain mansonia juga anopheles.

GEJALA KLINIS FILARIASIS 
Ada dua jenis gejala filariasi yaitu klinis akut dan klinis kronis, gejala klinis akut berupa peradangan pada kelenjar limfe yang umumnya disertai demam, sakit kepala rasa lemah dan dapat terjadi pula asbes yang kemudian pecah dan sembuh dengan meninggalkan parut. parut ini sering ditemukan didaerah lipatan paha dan ketiak.

FILARIASIS LIMFATIK 
Filariasis limfatik merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria yang hidup disaluran kelanjar getah bening penyakit ini dapat menyebabkan gejala akut maupun kronis dan ditularkan oleh bebrbagai jenis nyamuk, gejala akut berupa demam berulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila istirahat dan timbul setelah bekerja berat peradangan dan saluran kelenjar getah bening terutama didaerah pangkal paha dan ketiak asbes dapat pecah dan mengeluarkan nanah pembesaran tungkai lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat kemerahan akan meninggalkan parut kemudian dapat berlanjut ke stadium kronis berupa pembesaran yang menetap stadium 1-7 yang menetap sukar disembuhkan dan menyebabkan cacat permanen hal ini dapat terjadi pada tungkai lengan, payudara, skortum dan vulva.
Penentuan Stadium Limfadema 
Limfadema terbagi dalam tujuh stadium atas dasar hilang tidaknya bengkak, ada tidaknya lipatan kulit ada tidaknya nodul ( benjolan ), penentuan stadium limfadema mengikuti kriteria sebagai berikut :

  1. Penetuan stadium limfadema terpisah antara anggota tubuh bagian kiri dan kananan, lengan dan tungkai. 
  2. Penentuan stadium limfadema lengan ( atas, bawah ) atau tungkai ( atas bawah ) dalam satu sisi dibuat dalam stadium limfadema 
  3. Penentuan stadium limfadema berpihak pada stadium yang terberat 
  4. penetuan stadium limfadema dibuat 30 hari setelah serangan akut sembuh. 
  5. penentuan stadium limfedema dibuat sebelum/sesudah pengobatan dan penatalaksanaan kasus
EPIDEMIOLOGI FILARIASIS DI INDONESIA 
Penentuan derajat endemisitas filariasis diukur berbagai parameter yaitu : 
  1. Angaka Mikrofilaria rate Mf rate  
     Mf Rate = JML Penduduk disurvei yg positifmi krofilaria x 100%  , 
                                    JML Penduduk yang di Survei 
bila mf rate >1% maka ditetapkan sebagai derah endemis dan harus dilaksanakan pengobatan masal , bila mf rate <1% maka ditetapkan sebagai daerah non - endemis dan harus dilaksanakan pengeobatan secara selesktif yaitu pengobatan hayan diberikan pada pasien dan anggota keluarganya serumah.

Angka Kesakitan Akut ( acute disease rate /ADR )
Untuk menentukan ADR diperikasa gejala gejala filariasis yaitu adenolimfangitis yang hilang timbul terutama sesudah bekerja berat kemudian dihitung jumlah pasien filariasis akut dibandingkan jumlah penduduk yang diperiksa dalam persentase. 
ADR = Jumlah pasien filaria akut      x     100%
      jumlah penduduk yang diperiksa
Angka Kesakitan Kronis ( chronic diasease rate / CDR )
dalam menentukan CDR yang dihitung adalah jumlah pasien filariasis kronis dibandingkan jumlah penduduk yang diperiksa dalam persentase 
CDR = Jumlah pasien filariasis kronik       x 100%
          jumlah penduduk yang diperikas 

SIKLUS HIDUP CACING FILARIA 
Siklus hidup cacing filaria cukup panjang yaitu masa pertumbuhannya dalam tubuh nyamuk sekitar 10-14 hari sedangkan pada manusia kurang lebih antara 3-7 bulan. cacing dewasa jantan dan betina hidup disaluran kelanjar limfe dan pembuluh limfe. setelah kopulasi cacing betina mengeluarkan mikrofilaria. 
mikrofilaria yang dihisap oleh nyamuk melepaskan sarungnya didakam lambung menembus diniding lambung dan bersarang diantara otot otot thoraks, mula mula parasit ini memendek, bentuknya menyerupai sosis dan disebut larva stadium satu didalam tubuh nyamuk larva mengalami 2 kali pergantian kulit berkembang dari stdium 1 menjadi stadium 2 yang lebih gemuk dan panjang kemudian makin panjang dan makin kurus disebut dengan stdium 3 larva stadium 3 merupakan larva efektif berimigrasgi kerongga dada dan thoraks, kepala alat tusuk nyamuk. bila nyamuk yang mengandung larva infektif menggigit manusia, maka larva tersebut masuk melalui luka tusuk kedalam tubuh hospes dan bersarang disaluran limfe.didalam tubuh manusia larva mengalami 2 kali pergantian kulit tumbuh menjadi larva stadium 4 dan stadium 5 atau cacing dewasa jantan dan betina cacing dewasa dapat bertahan lebih dari 10 tahun dalam sistem limfatik , berkembang biak dan memproduksi mikrofilaria



sumber :
Buku Vektor Penyakit Tropis Karangan Cecep Dani Sucipto,SKM,M.Sc


0 komentar:

Post a Comment