Jurus jitu lulus ukom kesling

Perlu kalian ketahui sebagai nakes wajib mengikuti kegiatan ujikompetensi nasional tenaga kesehatan sudah tidak diragukan lagi ketika menjelang ujian perasaan mulai campur aduk dari mulai berfikir jelek dan selalu menghantui "gimana ya nanti pas ujian takut ga bisa ngerjain soal".tenang tenang.... saya punya sedikit tips ampuh buat melaksanakan ujikom kesling... nah berhubung saya pernah jg ikut serta dalam pembuatan soal ujikom tenaga sanitarian... karna saya merupakan dosen pengajar jg di Prodi D-III Kesehatan Lingkungan Poltekes Yapkesbi Sukabumi saya akan membagikan sedikit tips buat kalian yang akan menghadapi UJIKOMNASIONAL TENAGA SANITASI.: 
1. INGET KOMPETENSI KESLING ITU APA AJA YA...
Mata kuliah kesling jika dilihat dari kurikulum untuk komptensinya itu lumayan cukup banyak dari mulai mata kuliah Pengendalian vektor penyakit,pengelolaan makanan minuman,penyehatan udara,pengelolalaan limbah cair, penyehatan air, pengelolaan sampah padat. Hal yang harus kita pahami adalah belajar tentang teori simpul pasiti kl yang sudah tingkat III hapal ya .. nah itu harus bener2 di pahami betul2, sebegai referensi kalian boleh baca baca teori simpul di buku2 kesehatan lingkungan,
2. COBA BUAT BELAJAR SEHARI 8 JAM
Saran saya sebagai penulis ga ada salahnya kalian belajr sehari 8 jam, itu paling efektif buat kita menghadapi ujian karna ketika kita sudah yudisium kan ga ada kegiatan lagi coba buat fokus ke latihan latihan soal UKOM. Ini time nya boleh kalian ikutin jam2 belajar nya
- 05.00 - 08.00
- 10.00 - 12.00
dilanjut istirahat tidur siang
- 16.00 - 18.00
- 19.00 - 21.00
Biar ga kelupaan boleh pasang alarm di hp kalian....................
Yang Paling Utama dari semua tips diatas hal yang paling penting adalah berdoa, dan kalian minta restu sama orang tua ketika kalian akan menghadapi UJIKOMNAS, yakin deh doa orang tua itu paling mujarab.... insyaalloh kalian akan diberikan kemudahan.
next time kita bahas tentang soal UKOMNAS YA... insyaalloh saya posting... tentang pembahasan soal ukomnas tenaga sanitasi...
semangat....

Pengendalian Vektor Penyakit

BAB I
RUANG LINGKUP DAN TUJUAN PENGENDALIAN VEKTOR

A.    Ruang Lingkup Pengendalian Vektor

Pengendaian vector penyakit menjadi prioritas dalam upaya pengendalian penyakit karena potensi untuk menularkan penyakit sangat besar, seperti lalat, nyamuk, tikus dan serangga lainnya . kegiatan pengendalian vector dapat berupa penyemprotan, biological control, pemusnahan sarang nyamuk dan perbaikan lingkungan.
Setiap tahunnya ratusan juta kasus yang disebabkan oleh serangga siput binatang menggerak khususnya tikus menimbulkan tantangan kesehatan masyarakat secara global penyakit karena vector bone diseases disadari berskisar sebanyak 17%, sebagai prakiraan global dari infeksi infeksi. Penyakit yang umumnya ditularkan melalui vector penyakit hospes intermedier termasuk DBD, Filariasis, Japanese encephalitis, malaria dimana penyakit ini disebabkan oleh nyamuk , sehingga pengendalian vector penyakit ini sangat penting, untuk memutuskan mata rantai suatu penyakit.

B.     Tujuan Pengendalian Vektor

1.      Menurunkan populasi vector serendah mungkin secara cepat sehingga keberadaanya tidak lagi beresiko untuk terjadinya penularan penyakit disuatu wilayah
2.      Menghindari kontak dengan vector atau binantang pengganggu sehingga penularan penyakit tidak terjadi
3.      Menimalkan gannguan yang disebabkan oleh binatang atau serangga pengganggu.
Kegiatan pengendalian vector dan bianatang pengganggu :
-          Survey cepat
-          Metode pengendalian.
Pengendalian vector dilakukan dari cara yang paling sederhana seperti perlindungan personal dan perbaikan rumah sampai pada langkah langgkah yang lebih kompleks yang membutuhkann partisipasi dari para ahli pengendalian dapat diklasifiaksikan sebagai berikut :
a.       Pengendalian lingkungan breeding mengubah situs dengan mengeringkan atau mengisi situs, pembuangan sampah secara teratur menjaga tempat penampungan menjadi bersih.
b.      Pengendalian secara mekanis
-          Menggunakan organisme hidup untuk pengendalian larva seerti ikan yang makan larva ( misalnya : nila, ikan mas hias, guppies ).
-          Bakteri yang menghasilkan racun terhadap kesehatan
-          Pakis yang mengambang bebas yang mencegah pembiakan dari lain lain.
c.       Pengendalian kimiaawi
-          Penggunaan repellants
Banyak masyarakat terbiasa menggunakan berbagai bahan sebagai repellents ini efektif dan tidak berbahaya mereka dianjurkan untuk menggunakannya dalam situasi darurat dan hal ini sebenarnya sudah umum pada sebagian masyarakat untuk memakai repellants yang terbukti manfaatnya.
-          Insektisida untuk penyemprotan ( dikhususkan untuk vector dewasa )
-          Larvacides untuk pengendalian larva.

Kesimpulan
Pengendalian vector penyakit dan tikus suatu upaya untuk memutuskan mata rantai penyakit yang disebabkan oleh vector atau biasa disebut dengan vector bone diseases, yang dimana untuk menurunkan populasi vector dan tikus. Dengan cara cara atau metode pengendalian baik secara kimia, fisik, atau mekanis dan bilogi.
Capaian Pembelajaran :
1.      Mahasiswa mampu memahami pengertian pengendalian vector penyakit dan tikus
2.      Mahasiswa mampu memahami tujuan pengendalian vaktor penyakit dan tikus
3.      Mahasiswa mampu memahami ruang lingkup pengendalian vector penyakit

BAB II
PENGENDALIAN VEKTOR TIKUS

A.    Pendahuluan
tikus dan mencit adalah hewan ( rodensia ) yang lebih dikenal sebagai hama tanaman pertanian , perusak barang digudang dan hewan pengganggu yang menjijikan diperumahan. Belum banyak diketahui atau disadari bahwa kelompok hewan ini juga membawa, menyebarkan dan menularkan berbagai penyakit kepada manuasia, hewan ternak dan hewan peliharaan. Rodensia komensal yaitu rodensia yang hidup didekat tempat hidup atau kegiatan manuasia ii perlu diperhatikan dalam penularan penyakit. Penyakit yang ditularkan dapat disebabkan oleh infeksi dari berbagai agen penyakit dari kelompok virus, rickettsia, bakteri, protozoa dan cacing. Penyakit tersebut dapat ditularkan ke manusia melalui ludah, urin feces atau melalui gigitan dan ektoparasitnya seperti pinjal. Tikus adalah binatang pengerat yang merugikan manusia terutama karena merupakan salah satu binatang perusak didaerah pemukiman. Antara manusia dengan tikus berlangsung hubungan saling mempengaruhi. Pokok persmasalahannya adalah perjuangan untuk ekstensi, perebutan makanan dan penyebaran penyakit.
Dalam masalah kesehatan, tikus mempunyai andil dalam menularkan beberapa penyakit, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung yaitu melalui pengotoran makanan manusia dengan urine dan fecesnya, sedangkan  secara tidak langsung yaitu melalui pinjal dan tungau tikus. Penyakit yang ditimbulkan oleh tikus disebut sebagai Rodent Borne Diseases. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh tikus diantaranya adalah ; Penyakit Pes, Leptospiroses, Salmonelloses, Rat bite fever dan Scrub typhus.
Dengan demikian kehadiran tikus disuatu wilayah dapat mempengaruhi kesejahteraan hidup manusia. Hal ini akan tetap berlangsung karena walaupun tikus dianggap sebagai musuh, tetapi dalam kenyataannya tikus tetap mendapat tempat, karena adanya tempat tinggal manusia. Meskipun demikian tikus dapat menimbulkan beberapa masalah yaitu masalah kesehatan,  masalah knomi, maupun masalah gangguan (Nuissancee).

B.     Bionic Tikus  dan Klasifikasi tikus
            Kingdom         : Animalia
            Filum               : Chordata
            Sub filum        : Vertebrata
            Kelas               : Mamalia
            Sub kelas         : Theria
            Infra kelas       : Eutheria
            Ordo                : Rodentia
            Sub ordo         : Myomorpha
            Famili              : Muridae
            Sub famili        : Murinae
            Genus              : Bandicota, Rattus, Mus
Spesies            : Bandicota indica, Rattus norvegicus, Rattus – rattus diardii,  
   Rattus tiomanicus, Rattus argentiventer, Rattus exulans, Mus 
  Musculus, Mus caroli.
C. Morfologi, habitat, susunan, ciri
Identifikasi tikus secara morfologi umum
-          Panjang kepala dan badan yaitu dari moncong sampai anus disebut Head and Body ( H & B ).
-          Panjang ekor yaitu dari anus sampai dengan ujung ekor disebut Tail ( T ).
-          Panjang telapak kaki belakang mulai dari ujung tumit sampai dengan ujung kuku disebut Hinh Foot ( HF ).
-          Panjang telinga yaitu dari lakukan pada dasar telinga sampai dengan ujung daun telinga disebut Ear ( E ).
-          Panjang tengkorak tikus, mulai dari ujung tonjolan belakang sampai dengan ujung tulang hidung disebut Skull ( SK ).
-          Jumlah puting susu.
-          Berapa pasang bagian putting susu bagian depan ditambah berapa pasang putting susu dibagian belakang disebut Mamae ( M ).
-          Membedakan tikus jantan dan betina Jantan : - tidak ada mamae., ada scrotum, terlihat besar dan jelas.
-          Betina : - ada mamae,toidak ada scrotum.
-          Gigi – gerigi : 2 gigi seri tiap rahang.
-          Gigi seri berbentuk pahat, selalu aus, dan perlu diasah.
-          Gigi taring tidak ada.
-          Antara gigi seri dan geraham terdapat celah tanpa gigi, disebut diastema.
-          Diastema berfungsi agar bibir dapat bertemu dibelakang gigi seri sehingga tikus
-          dapat menggigit terus tanpa memakannya.
Ciri morfologi secara khusus.
a)         Rattus – rattus diardii
•           Mus rattus diardii
•           Mus griseventer
Nama               : Tikus rumah
Habitat                        : Hidup dirumah.
Tanda – tanda             :
•           Punggung warna coklat.
•           Dada dan perut berwarna sawo matang, abu – abu.
•           Ekor seluruhnya berwarna gelap atau hitam.
Morfologi        :
•           H & B : 125 – 205 mm
•           T                      : 90 – 120 %
•           HF                   : 31 – 39 mm
•           E                      : 18 – 29 mm
•           M                     : 2 + 3 = 10
b)         Rattus tiomanicus
•           Rattus jalorensis
•           Rattus rattus neglectus
•           Nus rattus rufescens
•           Rattus rattus roenqi
•           Rattus rattus alexandricus
Nama               : Tikus pohon atau tikus kuning
Tanda – tanda             :
•           Punggung coklat.
•           Dada, perut berwarna putih terang atau putih susu atau kekuningan.
•           Warna punggung dan dada, perut jelas terlihat batasnya.
•           Ekor semuanya berwarna gelap.
•           Rambut lembut.
Habitat            :
•           Tidak terdapat dihutan.
•           Hidup diladang – ladang yang ada pohonnya.
•           Hama kelapa sawit.
Morfologi :
•           H & B : 130 – 180 mm
•           T                      : 85 – 100 %
•           HF                   : 28 – 33 mm
•           E                      : 17- 20 mm
•           M                     : 2 + 3 = 10
4
c)         Rattus argentiventer
•           Epimys rattus argentiventer
•           Mus rattus neglectus
•           Mus rattus brevicaudatus
•           Diama
Tanda – tanda :
•           Punggung coklat.
•           Rambut warna gelap dan terang ( berbintik ).
•           Dada dan perut berwarna abu – abu.
•           Ekor seluruhnya berwarna gelap.
Habitat                        : Sawah, tegalan dengan alang.
Morfologi        :
•           H & B : 145 – 210 mm
•           T                      : 80 – 110 %
•           HF                   : 28 – 33 mm
•           E                      : 17 – 20 mm
•           M                     : 3 + 3 = 12
d)         Rattus norvegicus
•           Rattus decumanus
•           Mus norvegicus
Nama               : Tikus got atau air.
Tanda – tanda :
•           Punggung berwarna coklat.
•           Dada dan perut berwarna abu – abu.
•           Ekor berwarna gelap pada bagian atas dan berwarna pucat pada bagian bawah, sehingga dua warna bercampur pada sisi ekor.
Habitat                        : Di got dan pelabuhan.


5
Morfologi        :
•           H &B  : 140 – 240 mm
•           T                      : 80 – 115 %
•           HF                   : 32 – 45 mm
•           E                      : 20 – 23 mm
•           M                     : 3 + 3 = 10
e)         Rattus exulans
•           Rattus concolor
Nama               : Tikus rumah kecil.
Tanda – tanda :
•           punggung berwarna coklat.
•           Dada dan perut berwarna abu – abu.
•           Rambut lembut.
Habitat                        : Sering masuk rumah tetapi sarang diladang atau kebun yang
belum diolah.
            Morfologi :
•           H & B : 90 – 135 mm
•           T                      : 90 – 110 %
•           HF                   : 20 – 25 mm
•           E                      : 14 – 17 mm
•           M                     : 2 + 2 = 8
f)         Bandicota indica
•           Wirok besar atau hitam.
Tanda – tanda :
•           Bentuk seperti tikus.
•           Rambut badan berwarna abu – abu gelap atau coklat.
•           Rambut kasar.
•           Ekor berwarna gelap semuanya.
Habitat                        : Umumnya didaerah persawahan.
6
Morfologi        :
•           H& B  : 200 – 300 mm
•           T                      : 80 – 105 %
•           HF                   : 42 – 52 mm
•           M                     : 3 + 3 = 10
g)         Mus musculus
Nama               : Tikus kecil.
Tanda – tanda :
•           Rambut lembut.
•           Bagian punggung berwarna abu – abu atau kecoklatan.
•           Dada dan perut berwarna abu – abu.
•           Ekor seluruhnya berwarna gelap.
Habitat                        : Dirumah dan sekitarnya.
Morfologi        :
•           H & B : 60 – 90 mm
•           T                      : 90 – 120 %
•           HF                   : 14 – 17 mm
•           E                      : 11 – 12 mm
•           M                     : 3 + 2 = 10
h)         Mus caroli ( mencit ladang )
•           Morfologi Kualitatif
         Tekstur tubuh lembut dan halus
         Bentuk hidung kerucut
         Bentuk badan slindris
         Warna badan bagian punggung cokelat kelabu
         Warna badan bagian perut putih kelabu
         Warna ekor bagian atas dan bagian bawah cokelat hitam
         Habitat pada sawah , ladang
•           Morfologi kuantitatif
         Bobot tubuh antara 30 - 85 gram
         Panjang kepala dan badan antara 55 - 100 mm
         Panjang ekor antara 45 - 90 mm
         Panjang total antara 100 - 190 mm
         Lebar daun telinga antara 9 - 12 mm 
         Panjang telapak kaki belakang 12 - 18 mm
         Lebar gigi pengerat 1,5 mm
         Jumlah puting susu 5 ( 3+2 )
Sifat, dan perilaku umum
Kemampuan panca indera Vision ( penglihatan )
-          Tidak berkembang dengan baik dan buta warna, semua terlihat berwarna kelabu.
-          Peka terhadap cahaya sehingga dapat melihat benda dalam keadaan remang – remang : 10 meter untuk tikus dan 15 meter untuk mencit.
-          Tertarik dengan warna kuning dan hijau terang, yang sebagai warna kelabu.
-          Warna merah memudahkan untuk mengendalikan tikus.
Smell ( penciuman )
-          Sangat baik terlihat sering menggerakkan kepala dan berdengus bila membau pakan atau musuh.
-          Berguna untuk mencium urine dan sekresi genitalia tikus betina yang sedang birahi dan mencari makan.
-          Dapat dimanfaatkan untuk menarik atau mengusir tikus dalam penggunaan umpan ( senyawa kimia yang berbau mirip sekresi birahi tikus betina ).
Hearing ( pendengaran ).
-          Sangat baik mempunyai dua puncak pendengaran:
-          frekuensi 40 khz untuk tikus
-          frekuensi 20 khz untuk mencit.
-          Suara ultrasonic 100 khz untuk tikus.
-          Suara ultrasonic 90 khz untuk mencit.
-          Suara digunakan untuk komunikasi pada saat berhubungan sex atau berkelahi.
-          Anak tikus umur 5 – 15 hari, frekuensi suaranya 40 – 65 khz bila kehilangan induk atau ingin menyusui atau kedinginan.
-          Dapat mengusir tikus dengan bantuan suara ultrasonic.
Taste (perasa )
-          Sangat baik, dapat membedakan rasa pahit, beracun dan rasa tidak enak.
-          Dapat menolak umpan, baik makanan maupun minuman. Oleh karena itu, umpan makanan sering tidak mematikan.
Touch ( peraba )
-          Sangat baik, melalui bulu ditubuhnya dan kumis untuk menentukan arah tanda bahaya didalam kegelapan.
-          Kumis dan bulu berguna untuk mengendalikan gerak – gerik tikus.
 Kemampuan fisik
-          Digging ( menggali )
-          Untuk tikus yang bersifat terrestrial ( tidak bisa memanjat, ekornya pendek, telapak kakinya kecil dan halus ) mampu menggali sampai 50 cm.
-          Untuk tikus R.norvegicus ( tikus riul ) bisa menggali sampai 200 cm.
Climbing ( memanjat )
-          Untuk tikus R.tiomanicus ( tikus pohon ).
-          Untuk tikus yang bersifat arboreal ( bisa memanjat, ekornya panjang, telapak kakinya besar dan kasar ).
-          Ekornya berguna sebagai alat keseimbangan pada waktu memanjat.
-          Tikus dapat menjatuhkan diri dari ketinggian 15 meter.
Jumping ( melompat )
-          Tikus dapat melompat vertical setinggi 60 – 90 cm.
-          Rattus norvegicus ( riul ) bisa memanjat secara vertical sampai 77 cm dan mencit 25 cm.
-          Tikus dapat meloncat horizontal sejauh 120 – 240 cm.
-          Rattus norvegicus ( riul ) dapat meloncat horizontal 240 cm.
Gnawing ( mengerat )
-          Gigi tikus sangat panjang dan dapat tumbuh 10 – 13 cm pertahun.
-          Tikus suka mengerat untuk mengasah giginya.
-          Tikus dapat mengerat barang dengan kekerasan sampai 5,5 skala kekerasan geologi.
-          Bahan yang dikerat berupa kayu, bangunan, beton, aspal dan lain – lain.
-          Untuk barier ( penghalang ) dipakai benda yang mempunyai kekerasan 5,5 skala kekerasa geologi.
Swimming dan diving ( berenang dan menyelam )
-          Dapat berenang sejauh 80 meter dan sukar dibenamkan.
-          Lamanya berenang 50 – 72 jam dengan suhu  35oC.
-          Kecepatan berenang 1,4 km/jam ( tikus ).
-          Kecepatan berenang 0,7 km/jam ( mencit ).
-          Kemampuan menyelam 30 detik.
Movement ( pergerakan )
-          Tikus selalu berjalan pada jalan yang sama ( thigmotaxis ).
-          Jalannya tikus selalu searah dinding vertical dan horizontal.
-          Pada saat kepepet dapat merubah kebiasaan jalan.
-          Jarak tempuh ( home range ) 30 – 2—meter bila makanan cukup, dapat 700 meter bila tidak tersedia makanan.
-          Pergerakan ditujukan untuk mencari makan, minum, hubungan sex dan orientasi kawasan lingkungan sekitarnya.
-          Pergerakan tikus berguna dalam meletakkan umpan tikus.
-          Waktu makannya pada malam hari ( nocturnal ).
-          Bila terlihat 1 ekor tikus berarti ada 20 – 30 ekor yang tidak tampak.
-          Tikus dapat meninggalkan sarang 20 – 40 meter.
Faktor biologi
-          Kegiatan tikus meningkat mulai umur 2 – 9 bulan.
-          Aktivitas seksual dimulai umur 2 – 4 bulan.
-          Masa kehamilan 21 – 23 hari.
-          Satu kali proses beranak selesai 60 hari.
-          Masa menyusui selama 4 minggu.
-          Timbul birahi kembali dari setelah 24 – 48 jam.
-          Dapat melahirkan sepanjang waktu tanpa mengenal musim sepanjang ada makanan dan iklim stabil serta meningkat pada musim hujan.
-          Satu beranak 3 – 12 ekor, ada yang sampai 16 ekor karena uterus mampu menampug 18 ekor.
-          Rata – rata 6 ekor sekali beranak.
-          Selama hidup dapat melahirkan 3 – 6 kali.
-          Umur hidup rata – rata 1 tahun.
-          Bobot bayi tikus 4,5 – 6,5 gram.
-          Telinganya membuka 3 – 6 hari.
-          Matanya membuka 14 – 16 hari.
-          Gigi seri bawah muncul 10 hari.
-          Gigi seri atas muncul 11 hari.
Perilaku makan tikus adalah sebagai berikut :
-          Tikus memakan segala makanan nabati maupun hewani ( omnivora ).
-          Cenderung memakan serealia ( biji – bijian ) seperti padi, jagung dan gandum.
-          Kebutuhan makanan 10 % dari bobot tubuh untuk pakan kering atau 15 % dari bobot tubuh untuk pakan basah.
-          Kebutuhan air 15 – 30 ml per hari.
-          Untuk mencit makannya 20 % dari bobot tubuh.
-          Kebutuhan airnya 3 mil per hari.
-          Dapat tidak makan selama 2 hari dan tidak minum selama 4 hari.
-          Cara makannya dengan mencicipi sedikit, setelah tidak ada reaksi ( aman ) baru dihabiskan.
-          Dalam pemberian umpan diberi umpan pembuka untuk memancing tikus memakannya.
-          Tikus mudah curiga ( neophobia ).
-          Tikus haus dan lapar garakannya ceroboh sehingga mudah ditangkap
Tanda keberadaan tikus adalah sebagai berikut :
Ada beberapa tanda – tanda keberdaan tikus yang dapat digunakan untuk mengetahui kehadiran tikus antara lain sebagai berikut :
            Bekas Gigitannya
Bekas gigitan yang ditinggalkan tikus biasanya pada benda yang terbuat dari kayu atau kain,, seperti pada pintu, jendela, atau bekas –bekas kain
            Alur Jalan ( Run Ways )
Salah satu kebiasaan tikus adalah selalu senang memakai jalan yang sama ( jalan antara sarang dan tempat mencari makanan ) dan biasanya berjalan searah dengan dinding  ( baik veertikal maupun horizontal ). Pada umumnya bekas jalannya ( run way ) tikus terlihat kotor dan berminyak
            Lubang Terowongan ( Burrows )
Biasanya tikus membuat lubang – lubang yang berguna untuk jalan masuk kedalam terowongan didalam tanah, baik dalam tanah yang terbuka, dekat timbunan sampah, ditepi landasan, dekat gudang – gudang yang langsung didirikan diatas tanah maupun di sepanjang tepi selokan. Salah satu contoh adalah tikus jenis Norway rat senang membuat terowongan atau membuat lubang diberbagai tempat
            Bekas Gesekan ( Rubmark )
Segala benda – benda yang tersentuh oleh tikus biasanya selalu kotor dan  berminyak
            Kotoran ( Dropping )
Keberadaan feses tikus dapat memberikan ciri apakah tikus tersebut masih terdapat disekitar tempat itu atau sudah jauh. Biasanya dapat dilihat dari tanda – tanda kotoran tikus tersebut, yaitu sebagai berikut:
1.      untuk kotoran yang baru bentuknya lembek, mengkilap dan pada umumnya berwarna gelap
2.      untuk kotoran yang sudah lama bersifat keras, kering, dan pada umumnya berwarna abu – abu
Lampu ultraviolet dengan cahaya biruu putih dapat diguankan untuk mendeteksi keberadaan urine tikus, aka tetapi dalam prakteknya hal ini masih sulit untuk dilaksanakan.
            Bekas Telapak ( Track Path )
Bekas kaki tikus dapat dilihat dengan jelas. Jejak kaki yang lama selalu tertutup debu. Kaki belakang tikus mempunyai lima jari kaki, sedangkan kaki muka mempunyai empat jari kaki. Jejak kaki belakang lebih nampak dari kaki depan sedangkan ibi jari tidak nampak
            Tikus Hidup Dan Tikus Mati (  Life And Death Rat )
Untuk dapat melihat tikus pada siang hari merupakan hal yang sulit karena merupakan hewan yang aktif pada malam hari ( nocturnal ). Namun, jika populasi tikus sedang tinggi pada siang hari pun dapat dijumpai tikus yang aktif mencari makan. Didalam rumah kadang ditemukan tikus yang telah mati, disamping itu yang hidup yang sedang berlari – lari di dalam rumah. Menunjukkan bahwa dalam rumah atau didaerah tesebut terdapat tikus
            Suara ( Voice ) Jika terdapat banyak tikus maka biasanya sering terdengar suara berlari – lari dan mencicit diatas rumah, setelah hari gelap atau dikala mereka sedang mencari makan didalam rumah
            Sarang ( Nests )Sarang tikus terletak didalam lubang pada dinding pada pohon dan tanaman lain.Salah satu  hal yang paling sulit dalam mengendalikan tikus adalah jika tikus tersebut bersarang didalam sumber pakannya, misalkan pakan pada karung – karung serealia. Kehadiran tikus ditempat tersebut sudah dideteksi. Untuk mendeteksi sarang tikus tersebut apakah masih dihuni atau tidak, dapat dilakukan dengan cara menutupi semua pintu sarang tersebut dengan gundukan tanah.
Faktor yang mempengaruhi populasi tikus
            Banyak hal yang mempengaruhi populasi tikus. Tetapi sebelum mengetahui factor yang mempengaruhinya terlebih dahulu prinsip dasar dari tikus tersebut.
Prinsip dasar :
-          Tikus kebiasaan menghuni berbagai bagian disekitar hunian manusia seperti selokan, pertanian, sumber bahan makanan.
-          Ada kemampuan untuk mendukung kehidupan tikus seperti tempat bersembunyi, sumber makanan dan minuman.
-          Untuk mengendalikan populasi tikus tentunya harus menghilangkan suasana yang mendukung untuk kehidupan tikus.
Populasi tikus dipengaruhio oleh :
a)      Population Forces.Kekuatan yang dapat menentukan kelahiran, kematian dan perprndahan tikus dari daerah satu ke daerah lain.
b)      Population Changers,Adanya keseimbangan antara angka kelahiran dan kematian. Adanya persaingan sesama tikus dapat menyebabkan kematian dan perpindahan tikus.
c)      Faktor pembatas Lingkungan physic, air dan makanan, tempat sembunyi dan iklim  ( hangat dan lembab sangat disukai tikus ).Predasi dan parasitisme, pengaruh predator ( pemangsa ) dan parasit seperti manusia, anjing, burung, ular, kucing, dll. Parasitisme dilakukan bakteri riketsia spervekate, protozoa, dan cacing.Persaingan : sesama tikus seperti tikus selokan dengan tikus atap. Tikus yang paling dominant dapat memangsa dan menggeser tikus yang lemah.
d)     Sanitasi lingkungan : sampah dan makanan merupakan tempat yang mengundang tikus bila tidak ditangani dengan baik. Pengaturan perabot yang rapih dan baik dapat mengurangi tempat persembunyian tikus.
Hubungan tikus dengan manusia
            Tikus selalu menyertai manusia pada sebagian besar daerah didunia ini. Kehadirannya disuatu wilayah banyak mempengaruhi kesejahteraan hidup manusia karena dapat menimbulkan beberapa masalah kesehatan, ekonomi maupun masakah gangguan.
 Masalah kesehatan yang di timbulkan oleh tikus adalah sebagai berikut :
1.      Penyakit Pes.
Disebabkan oleh Pasteurella pestis. Hewan penular penyakit ini adalah pinjal Xenopsilla ceopis dan Pulax iritans. Hostnya adalah Rattus – rattus diardii.
2.      Leptospirosis.
Penyebabnya adalah Leptospira. Didalam pinjal tikus, leptospira ini berkembang biak dan dikeluarkan melalui urine dan akan tetap hidup beberapa waktu lamanya pada tanah yang basah ataupun berair. Penularan terhadap manusia dapat terjadi melalui selaput lendir ataupun melalui luka. Leptospirosis sering terjadi pada buruh – buruh tambang, pekerja saluran air, dealer ikan dan unggas serta pekerja pemotong hewan.
3.      Salmonelloses
Penyebabnya adalah Salmonella salmonelloses, merupakan penyakit akut saluran pencernaan. Penyebarannya melalui pengotoran air dan makanan oleh kotoran tikus yang didalamnya mengandung salmonella.
4.      Rat Bite Fever
Penyebabnya Stretobacillus moniliformis. Bakterinya berada pada gusi beberapa tikus dan ditularkan dari tikus kepada manusia dengan gigitannya.
5.      Scrub thypus
Penyebabnya adalah Rickettsia orientalis. Perantaranya tungau Trombicula akumushi dan Trombicula deliensis. Kedua jenis Trombicula tersebut pada stadium dewasa hidup bebas ditanah. Bila Trombicula terkena rickettsia, maka penyebab penyakit ini akan berkembang biak terbawa pada telur dan anak – anaknya. Larva yang baru menetas dalam keadaan lapar ini dapat mencari penjamu baru, yang mungkin dapat kepada manusia karena tidak menemukan tikus. Vektornya tikus Rattus – rattus diardii.
            Masalah ekonomi
-          Merusak barang – barang dan perabotan rumah tangga karena suka menggigit untuk mengasah gigi – gigimya agar tetap tajam.
-          Merusak bahan makanan dan bahan pakaian.
-          Kualitas bahan atau barang – barang seperti pengotoran oleh kotoran tikus, bulu dan urinenya.
-          Dapat menimbulkan kebakaran yang disebabkan oleh kabel – kabel listrik yang digigit.
-          Menyebabkan susut bahan pangan.
 Masalah gangguan ( Nuissance )
                        Tikus seringkali menimbulkan gangguan baik yang disebabkan oleh bentuk fisiknya maupun oleh aktifitas yang dilakukannya. Gangguan yang ditimbulkan oleh tikus diantaranya adalah gangguan pendengaran karena suaranya maupun oleh suara yang dihasilkan oleh aktifitasnya. Pada waktu malam hari tikus atap sering membuat gaduh pada atap – atap rumah sehingga bagi penghuni sedang beristirahat akan merasa terganggu pendengarannya ( berisik ).
                        Dipandang dari segi keindahan, tikus dapat dianggap sebagai binatang yang kotor dan menjijikkan, sehingga kehadiran tikus dilingkungan manusia dianggap sebagai binatang yang tidak menarik. Bagi beberapa orang, tikus dapat pula menimbulkan gangguan kejiwaan karena perasaan ngeri dan takut. Juga bau kencing yang disebnabkan oleh kencing tikus seringkali menggangu indera penciuman.
Upaya Pengendalian
Perbaikan sanitasi lingkungan.
-          Penyimpanan sampah ( storage of refuse )
-          Sarana hendaknya cukup untuk menampung seluruh sampah 1 hari.
-          Penyimpanan barang yang berguna ( storage of usable materials ).                     
-          Disusun dengan benar dan rapih dan khusus. Bahan makanan hendaknya dibungkus, dan diletakkan pada rak dengan ketinggian 30 – 45 cm dari lantai.
-          Bahan makanan hendaknya disimpan pada tempat tertutup.
-          Penyusunan dirak hendaknya teratur, rapih, bersih agar tidak menjadi tempat persembunyian tikus.
-          Untuk bahan makanan hendaknya dibungkus dan disimpan pada tempat tertutup atau container logam.
-          Bagian tepi dekat dinding diberi cat putih selebar 15 cm untuk mengetahui ada tidaknya kotoran tikus, bekas kaki,dll.
-          Kebersihan dan pemeriksaan dilakukan secara teratur untuk menemuikan perindukan tikus.
-           Pengumpulan sampah ( collection of refuse )
-          Pengumpulan sampah RT 2 X seminggu namun sebaiknya setiap hari untuk menghindari keberadaan tikus dan lalat.  
-          Pembuangan sampah Cara pembuangan sampah dengan menimbun saniter ( sanitary land field ) dapat menghambat perkembangan populasi tikus.

Pembunuhan tikus
Cara pembunuhan tikus dapat dalaksanakan dan berdaya guna apabila dilakukan sebagai berikut Sebelum dilakukan pembersihan atau kegiatan sanitasi lain nya untuk mencegah perpindahan tikus.Sesudah pendebuan DDT 10 % atau insektisida lainnya untuk menurunkan populasi tikus.Sesudah melakukan Rat proofing pada bangunan.Segara untuk merangsang minat pengendalian tikus dimasyarakat.Pembunuhan tikus akan berdaya guna bila disertai peningkatan sanitasi lingkungan, sebab :
-          Angka kelahiran tikus cukup tinggi.
-          Harus berkesinambungan dan biaya mahal.
-          Penggunaan racun terus menerus menyebabkan penolakan terhadap umpan.
Usaha pembunuhan tikus dilakukan dengan cara:
-          Peracunan Biasanya dilakukan bersamaan dengan umpan sehingga disebut pengumpan racun. Racun yang digunakan adalah :
Racun bekerja lambat: Golongan anti coagulan dan red squill ( walfarin, pivel fumarin, dpiachinone dengadosis tunggal).Racun ini dimakan beberapa hari sebelum menimbulkan keaktifan ( perdarahan dilambung tikus ).
Racun yang bekerja cepat:Racun ini dapat membunuh dalam beberapa jam, dan baik dikerjakan pada lokasi yang banyak tikus. Sering menimbulkan keengganan pad tikus untuk memakannya sehingga racun ini tidak dapat digunakan secara langsung dalam wujud murninya, tapi harus zat pembawa seperti nasi, gandum, ikan. Dan untuk merangsang dapat dicampur minyak kacang, gula tepung jagung, dll.


Kesimpulan :
1.      Tikus merupakan vector binatang pengganggu dimana keberadaaannya dapat menularkan atau sebagai host penyakit seperti penyakit pes leptospirosis, scrub thypi
2.      Morfologi tikus dan bionomic tikus
3.      Perilaku tikus
4.      Jenis jenis tikus
5.      Upaya pengendalian tikus dan ektoparasit yang ada di dalam tubuh tikus

Tugas Mahasiswa :
1.      Buat diskusi tentang beberapa tekhnik pengendalian tikus dibuat makalah
Capaian pembelajaran
1.      Mahasiswa mampu memehami jenis penyakit yang disebabkan oleh tikus
2.      Mahasiswa mampu memahami morfologi tikus
3.      Mahasiswa mampu memahami jenis dan upaya pengendalian tikus.

































BAB III
PENGENDALIAN VEKTOR LALAT


A.    Pendahuluan
Lalat merupakan salah satu arthropoda yang termasuk dalam ordo diptera, lalat juga berperan sebagai vector yang memindahkan dan menyebarkan penyakit terutama penyakit yang menyerang saluran pencernaan. Lalat ini memperoleh sumber penyakit dari sampah – sampah atau tinja manusia. Untuk mengurangi penyebaran penyakit yang diakibatkan oleh lalat Maka diperlukan upaya untuk pegendalian lalat.
Pengendalian adalah suatu upaya untuk menekan populasi lalat sampai batas yang tidak membahayakan manusia. Dan sebelum melakukan upaya – upaya pengandalian lalat maka terlebih dahulu kita harus mengetahui tentang lalat mulai dari taksonomi, morfologi siklus hidup, prilaku. Pengendalian lalat bisa dilakukan dengan cara mekanik, biologi fisik dan kimia.
a.Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1.Untuk mengetahui morfologi tubuh lalat.
2.Untuk mengetahui siklus hidup dan perilaku lalat.
3.Untuk mengetahui peranan lalat terhadap kesehatan manusia.
4.Untuk mengetahui cara pengendalian lalat sehingga bisa mengurangi populasi lalat.
B.     Morfologi Lalat Secara Umum
2.1.1   Morfologi lalat
Tubuh lalat terdiri dari tiga bagian yaitu cephalon ( kepala ), Thorax ( dada ) dan abdomen ( perut ), tiap bagian – bagian tersebut  terdapat batas-batas yang jelas.
  Kepala (cephalon), terdapat antenna, alat-alat mulut, mata majemuk ( facet) dan mata tunggal (ocelli).
  Dada (thorax), terdiri dari tiga segmen, yaitu prothorax, mesothorax dan metathorax dengan masing-masing sepasang kaki, muka tengah dan belakang kaki (enam kaki). Pada bagian mesothorax dan metathorax terdapat masing-masing sepasang sayap dan terdapat sayap yang rudimeter. Kaki bersegmen dari pangkal ujung terdiri dari : Coxa, trocanter, femur, tibia, tarsus dan pretarsus. Sayap terdiri dari urat sayap (vein) dan sisik (wing scale). Urat-urat terdiri dari costa, subcosta, radius, media, cubitus dan anal. Pada pinggir sayap terdapat jumbai (frange).
  Perut (abdomen), pada umumnya terdiri dari 10 – 11 segmen tanpa kaki. Segmen ke 8, 9 dan 10 membentuk alat-alat genital (kelamin). 
      Badan serangga dilapisi oleh kulit yang keras yang dinamakan chitin (terbuat dari zat kapur dan zat tanduk) yang berfungsi sebagai rangka luar (eksoskelet). Di antara kulit-kulit yang keras dihubungkan dengan lapisan yang lunak atau lentur, sehingga serangga dapat bergerak dengan bebas. Pada kulit terdapat sisik, rambut-rambut dan duri-duri. Lapisan yang mengeras disebut sklerit yang terdiri dari :
©    Bagian dorsal (punggung), disebut tergit
©    Bagian ventral (dada), disebut sternit
©    Bagian lateral (samping), disebut pleurit
C.     Siklus Hidup Lalat
Lalat adalah insekta yang mempunyai metamorfosa yang sempurna dengan stadium telur, larva, kepompong, dan stadium dewasa. Perkembangan lalat memerlukan waktu antara 7 – 22 hari, tergantung dari suhu dan nutrisi yang tersedia. Lalat betina umumnya dapat menhasilkan telur pada usia 4 – 8 hari dengan 75 – 150 butir sekali bertelur. Semasa hidupnya, seekor lalat bertelur 5 – 6 kali.
1.      Telur
Telur diletakan pada bahan-bahan organic yang lembab (sampah, kotoran binatang, dll) pada tempat yang tidak langsung terkena sinar matahari. telur berwarna putih dan biasa menetas setelah 8 – 30 jam, tergantung dari suhu sekitarnya.
2.      Larva
Instar I         : Telur yang jadi menetas, disebut instar I. berukuran panjang 2 mm, berwarna putih, tidak bermata dan berkaki sangat reaktif dan ganas terhadap makanan, setelah 1 – 4 hari melepas kulit dan keluar menjadi instar II.
Instar II        : Ukuran besarnya 2 kali instar I, sesudah satu sampai beberapa hari, kulit mengelupas menjadi instar III
Instar  III     : Larva berukuran 12 mm atau lebih, tingkat ini memakan waktu 3- 9 hari.
3.      Pupa (Kepompong)
Pada masa ini, jaringan tubuh larva berubah menjadi jaringan tubuh dewasa. stadium berlangsung 3 – 9 hari. Suhu yang disukai ± 350 C. Setalah stadium ini selesai, melalui celah lingkaran pada bagian anterior keluar lalat muda.
Proses pematangan menjadi lalat dewasa ± 15 jam, dan setelah itu siap untuk mengadakan perkawinan. Seluruh waktu yang diperlukan 7 – 22 hari. Tergantung pada suhu setempat, kelembaban dan makanan yang tersedia. Umur lalat dewasa dapat mencapai 2 – 4 minggu.

2.1.3    Sifat dan Perilaku Lalat
            Lalat mempunyai siafat dan perilaku, diantaranya :
@ Tertarik pada cahaya (fototrofik)
@ Suka hidup pada tempat yang kotor dan penciumannya sangat sensitive terhadap bau.
@ Aktif mencari makan pada siang hari (diurnal)
@ Terjadi perkawinan pada hari kedua
@ Mulutnya tidak bisa menggigit / menusuk, tetapi hanya  bisa menghisap
@ Bersarang di tempat yang gelap
@ Selalu hinggap pada benda yang berbentuk tajam / menyudut seperti kawat, tali jemuran, dll.
@ Mulai bertelur pada umur 4 – 20 hari
@ Seekor lalat betina bertelur 4 -5 kali, sekali bertelur jumlahnya 100 – 120 butir.

2.1.4  Pola Hidup Lalat
1.      Tempat Perindukan
Tempat yang disenangi lalat adalah tempat basah, benda-benda organic, tinja, sampah basah, kotoran binatang, tumbuh-tumbuhan busuk. Kotoran yang menumpuk secara komulatif sangat disenangi oleh lalat larva lalat, sedangkan yang tercecer yang dipakai sebagai tempat berkembang biak lalat.
2.      Tempat Istirahat
Pada siang hari, bila lalat tidak mencari makan mereka akan beristirahat pada lantai, dinding, langit-langit, jemuran pakaian, rumput-rumput, kawat listrik, serta tempat-tempat dengan yang tepi tajam dan permukaannya vertical.
3.      Biasanya tempet istiharat ini terletak berdekatan dengan tempat makanannya atau tempat berkembang biaknya, biasanya terlindung dari angin. Tempat istirahat tersebut biasanya tidak lebih dari 4,5 meter di atas permukaan tanah
4.      Jarak Terbang
Jarak terbang sangat tergantung pada adanya makanan yang tersedia, rata-rata 6 – 9 km. Kadang-kadamg dapat mencapai 19 – 20 km dari tempat berkembang biak.

5.      Kebiasaan Makan
Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari, dari makanan yang satu ke makanan yang lain. Lalat sangat tertarik pada makanan yang dimakan oleh manusia sehari-hari, seperti gula, susu dan makanan lainnya, kotoran manusia serta darah. Sehubungan dengan bentuk mulutnya, lalat hanya makan dalam bentuk cair atau makan yang basah, sedangkan makanan yang kering dibasahi oleh ludahnya terlebih dahulu lalu dihisap.
6.      Umur Lalat
Pada musim panas, berkisar antara 2 – 4 minggu. Sedangkan pada musim dingin bisa mencapai 70 hari.
7.      Temperatur
Lalat mulai terbang pada temperature 150C dari aktifitas optimumnya pada temperature 210C. Pada temperatur di bawah 7,50C tidak aktif dan diatas 450C terjadi kematian.
8.      Kelembaban
Kelembaban erat kaitannya dengan temperature setempat.
9.      Cahaya
Lalat merupakan serangga yang bersifat fototrofik, yaitu menyukai cahaya. Pada malam hari tidak aktif, namun dapat aktif dengan adanya sinar buatan.
2.2  Jenis-Jenis Lalat
2.2.1  Lalat Rumah ( Musca domestica )
a.  Taksonomi Lalat Rumah ( Musca domestica )  
Kingdom               : Animal
Filum                     : Arthropoda
Kelas                     : Hexapoda
Ordo                      : Dipthera
Famili                    : Muscidae
Genus                    : Musca
Spesies                  : Musca domestica
b.    Morfologi Tubuh Lalat Rumah ( Musca domestica )
Lalat rumah mempunyai ciri – ciri, yaitu sebagai berikut :
a.       Antenna mempunyai tiga segmen, mata terpisah
b.      Sayapnya mempunyai 4 longitudinal line yang jalan masuk ke atas sampai garis longitudinal ke tiga (ujung)
c.       Pada thorax terdapat 4 garis hitam dan satu garis hitam medial pada abdomen dorsal ( punggung )
d.      Pada abdomen punggung terdapat garis hitam medial
e.       Vein ke empat pada sayap berbentuk sudut
f.       Berukuran 5,5 – 7,5 mm
g.      Tubuh lalat jantan lebih kecil dari lalat betina
h.      Berwarna hitam kelabu
i.        Lalat rumah bersifat nonaquatik.
j.        Mulutnya tidak dapat dipakai menggigit atau menusuk tetapi hanya bisa dipakai mengisap barang yang cair saja.
k.      Metamorposis sempurna
l.        Hidupnya cosmopolitan (ditemukan di sekitar rumah-rumah dekat dengan sampah dan tempat-tempat kotor)

c.    Siklus Hidup Lalat Rumah ( Musca domestica )
 Selama dalam siklus hidupnya lalat ini mempunyai empat stadium yaitu :
1.      Stadium Telur
«  Stadium ini lamanya 12 – 24 jam.
«  Bentuk telur lonjong bulat dan berwarna putih,
«  Besarnya telur 1 - 2 mm ( 0.8 – 1 ) telur
«  Telur dikeluarkan oleh lalat betina sebanyak 150 – 200 butir ( 120 – 150 mm )
«  Lamanya stadium ini dipengaruhi oleh panas dan kelembaban. semakin panas maka semakin cepat  dan sebaliknya. Suhunya 100C dan sinar lembayung atau biru.


2.      Stadium Larva
«  Stadium larva terdiri dari 3 tingkatan
                         I.      Setelah keluar dari telur, belum banyak bergerak
                      II.      Tingkat dewasa, banyak bergerak
                   III.      Tingkat terakhir, tidak banyak bergerak
«  Bentuk larva bulat panjang dengan warna putih kekuning – kuningan, keabu – abuan, mempunyai segmen sebanyak tiga belas dan panjangnya  ± 8 mm ( 2 mm )
«  Larva selalu bergerak dan makan dari bahan – bahan organic yang terdapat di sekitarnya.
«  Pada tingkat terakhir larva berpindah ke tempat yang kering dan sejuk untuk berubah menjadi kepompong. Lamanya stadium ini 2 – 8 hari atau 2 - 5 hari tergantung temperatur sekitarnya.
«  Larva ini mudah terbunuh dengan temperature 370C
3.      Stadium Pupa
«  Lamanya stadium ini 2 – 8 hari ( 4- 5 hari ) tergantung temperatur setempat
«  Betuk bulat lonjong dengan warna coklat hitam
«  Stadium ini kurang bergerak ( tak bergerak sama sekali ).
«  Panjangnya  ± 5 mm ( 8 – 10 mm ).
«  Mempunyai selaput luar yang keras yang disebut chitine.
«  Dibagian depan terdapat spiracle yang disebut posterior spiracle yang berguna untuk menentukan jenisnya.
4.      Stadium Dewasa
«  Stadium ini adalah satadium terakhir yang sudah berbentuk serangga yaitu lalat.
«  Dari stadium telur sampai stadium dewasa memakan waktu 7 hari atau lebih tergantung pada keadaan sekitar dan macam lalat
«  Biasanya 8 – 20 hari ( 14 hari )
«  Umur lalat dewasa antara 1 – 2  bulan ada juga yang 6 bulan sampai 1 tahun.

d.   Pola Hidup Lalat Rumah ( Musca domestica )
1.   Cara Bertelur
ò  Masa bertelur 4 – 20 hari
ò  Seksual maturity 2 – 3 hari
ò  Pada umumnya perkawinan lalat terjadi pada hari kedua sampai ke 12 sesudah keluar dari kepompong.
ò  Dua tiga hari kemudian sesudah kawin baru bertelur yang jumlahnya sekali bertelur 100 – 150 butir .
ò  Dan setiap betina dapat bertelur 4 – 5 kali seumur hidupnya.
2.      Cara Makan
ò  Makanan utama bagi lalat adalah benda – benda cair ( ada zat gula ) dan untuk benda – benda yang keras di cairkan terlebih dahulu dengan air ludahnya supaya bisa dihisap
ò   Pada waktu makan sering kali memuntahkan sebagian makanannya sehingga memungkinkan untuk penyebaran kuman penyakit.
ò  Cara hinggap
ò  Lalat suka hinggap ditempat kotor seperti tanah, lantai, dan jarang sekali hinggap didinding
ò  Pada siang hari yang panas sering hinggap ditempat yang sejuk oleh karena itu rumah yang berada disekitar tempat pembuangan sampah paling banyak terdapat lalat.
ò  Pada malam hari sering hinggap di semak belukar di luar rumah dan apabila udara dingin akan berada di dalam rumah dan hinggap di tali – tali jemuran.
3.   Cara Terbang
Lalat tidak suka terbang terus – menerus sehingga sering mampir menurut penyelidikan jarang terbang pada daerah padat penduduknya tidak lebih dari ½ km tetapi ada juga yang melaporkan lebih dari 20 km
4.   Tempat Berkembang biak dan Istirahat
Tempat yang disenangi lalat untuk berkembang biak umumnya pada sampah basah, kotoran manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan yang membusuk. Lalat rumah beristirahat pada temperature tertentu. Pada siang hari, bila lalat tidak mencari makan mereka akan beristirahat pada lantai, dinding, langit-langit, jemuran pakaian, rumput-rumput, kawat listrik, serta tempat-tempat dengan tepi yang tajam dan permukaannya vertical.
5.   Umur Lalat Rumah
Umur lalat rumah tergantung pada nutrisi dan air yang tersedia. Selain itu, pada musim panas umur lalat berkisar antara2 – 4 minggu, sedangkan pada musim dingin dapat mencapai 70 hari.
6.   Peranan Lalat Dalam Kesehatan
      Lalat rumah dapat menularkan penyakit secara mekanik, karena dapat membawa kuman-kuman penyakit melalui :
a.       Kaki, buku-buku dan mulut bagian luar
b.      Dalam alat pencernaan yang dikeluarkan  dalam muntahan atau tinja. Lalat rumah dikenal sebagai salah vector demam typhoid, disentri, anthrax dan beberapa bentuk konjungtininas, tidak menggigit.
2.2.2 Lalat Buah ( Tephirini sp)
a.  Taksonomi Lalat  Buah ( Tephirini sp)
Kingdom               : Animal
Filum                     : Arthropoda
Kelas                     : Hexapoda
Ordo                      : Dipthera
Famili                    : Tephiritidae
Genus                    : Tephiritia
Spesies                  : Tephirini sp

b.    Morfologi Lalat Buah ( Tephirini sp)
̫ Warna tubuhnya cerah dari kebanyakan mempunyai pola Рpola warna tertentu, seperti warna kuning, coklat tua, coklat merah, hitam dan abu Рabu.
ô Kepala berbentuk bulat lonjong dan merupakan tempat melekatnya antenna dan tiga ruas dan dapat di bedakan erdasarkan cirri lain yang berupa bercak hitam pada bagian depan wajah atau warna tetentu pada kepala.
ô Ukuran lalat buah sedikit lebih besar dari pada lalat rumah
ô Metamirfosis sempurna
̫ Rongga dada ( thorax ) mempunyai ciri khas tertentu yaitu berupa garis kuning ditengah ( median ), garis pinggir ( lateral ) berwarna kuning dimasing Рmasing sisi laterox-dorsal skutum. Dari arah dorsal tampak warna dasar skutum yaitu hitam atau hitam keabu Рabuan pada bagian tertentu. Sayap lalat buah biasanya mempunyai bercak Рbercak pada bagian posterior. Bercak Рbercak tersebut menutupi vena costa serta sub costa serta vena Рvena lainnya.
̫ Rongga perut ( Abdomen ) lalat buah kebanyakan berwarna coklat tua. Meskipun demikian, ada beberapa jenis lalat buah yang abdomenya berwarna hitam atau Abu Рabu. Selain itu terdapat pekten yaitu sekelompok bulu Рbulu mirip sisir yang terdapat pada ternit ruas ke tiga abdomen beberapa genus lalat buah jantan.Selain itu pada ternit ke lima abdomen lalat buah terdapat sepasang bercak berbentuk bulat dengan warna khas yang disebut ceromata.

c.   Siklus Hidup Lalat Buah ( Tephirini sp)
a.   Stadium telur
Ä  Berwarna putih bening sampai kream, dan berubah menjadi lebih tua mendekati saat menetas.
Ä  Pada umunya telur berbentuk bulat lonjong seperti pisang dengan ujung meruncing. Panjang telur lalat buah sekitar 1,2 mm dengan lebar 0,2 mm tergantung spesiesnya.
Ä  Telur diletakan di bawah kulit buah. tempat peletakan telur di tandai dengan cekungan kecil berwarna gelap. Telur – telur tersebut akan terlihat apabila cekungan kecil yang di belah dengan pisau diamati di bawah mikroskop.
Ä  Induk lalat buah meletakan antara 2 – 15 butir setiap priode. Setiap lalat betina mampu meletakan sekitar 800 butir telur selama masa peletakan telur. Telur tersebut akan menetas kira – kira 2 hari setelah diletakan oleh induknya.
b.   Stadium Larva
Ä  Larva lalat buah mempunyai nama daerah sindat, singgat atau set.
Ä  Larva berwarna putih kekuning – kuningan dengan panjang sekitaar 10 mm.
Ä  Bagian depan tubuhnya meruncing lebih sempit daripada bagian belakang tubuh yang membesar dan papak seperti teropong.
Ä  Larva dapat begerak dengan bantuan beberapa kaki palsu yang berbentuk tonjolan di bagian ventral tubuhya.
Ä  Lalat buah melewati instar III dalam waktu antara 7 – 10 hari. Larva masak dan siap berpupa memiliki kemampuan melompat, larva masak ini mempunyai warna tubuh yang lebih gelap ( kuning tua ) dari pada instar sebelumnya.
Ä  Selanjunya larva akan menjatuhkan diri kedalam tanah membentuk puparium dari kulit larva terakhirnya dan berupa lalat berpupa di dalam tanah.
c.       Stadium Pupa
Ä  Pupa lalat buah berada di dalam puparium berbentuk tong dan berwarna coklat tua.
Ä  Perkembangan pupa membutuhkan waktu sekitar 18 hari dan lamanya sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah. Pada tanah yang lebih lembab dan aerasi baik, perkembangan pupa membutuhkan waktu yang lebih singkat.
d.      Stadium Lalat Dewasa
Ä  Populasi lalat pada tempat ternaungi diperkirakan lebih tinggi dari pada tempat yang tidak ternaungi, karena kondisi kelembaban yang lebih tinggi.
Ä  Banyak ditemukan pada siang hari atau sore hari.

d.   Perilaku Lalat Dewasa
a.       Perilaku Makan
Lalat buah membutuhkan karbohidrat, asam amino, mineral dan vitamin. Adapun lalat buah membutuhkan protein untuk pematangan sexual dalam produksi telur. Sukrosa adalah salah satu bentuk karbohidrat yang sama dibutuhkan oleh lalat buah betina untuk menghasilkan telur. Asam Ascorbat dibutuhkan lalat buah terutama dalam proses penggantian kulit, apabila kebutuhan zat ini tidak terpebuhi maka lalat buah akan mengalami kegagalan dalam pergantian kulit dan akhirnya mati. Aktivitas makan lalat buah berlangsung antara 07.20 – 10.00. Pakan lalat diperoleh dari sayuran manis buah –buahan, Eksudat bunga, nectar dan embun madu. Selain dari tanaman Lalat buah memperoleh protein dari bakteri. Bakteri ini hidup pada permukaan buah inang larva lalat buah yang dikenal dengan FFT ( Fruit Fly Tipe ) bacteria yang bersifat gram negative.
b.      Perilaku Kawin
Lalat buah merupakan serangga krepuskuler, yang artinya melakukan populasi setelah tengah hari sebelum senja. Lalat betina yang sudah masak seksual akan mengeluarkan senyawa pemikat dan diterima oleh lalat jantan seksual masak, selanjutnya perkawinan akan terjadi di dekat tanaman inang. Senyawa pemikat lalat betina di keluarkan melalui anus secara difusi karena adanya tekanan akibat getaran rektum. Senyawa ini akan berubah menjadi gas, sehingga diterima oleh alat penerima rangsang alat jantan untuk menerima senyawa pemikat sekitar 800m.
c.       Peletakan telur
Induk lalat buah mencari inang baik buah atau bunga yang paling sesuai. Tekstur buah atau bunga cukup lunak untuk dapat ditembus oleh alat peletak telur. Selain itu kandungan nutrisi atau gizi yang dibutuhkan oleh larva harus tersedia cukup. Induk lalat buah sangat menyukai inang yang berupa buah setengah masak. Karena dengan kondisi seperti ini buah mengandung asam ascorbat dan sukrosa dalam jumlah maksimal. Buah yang terlalu masak tidak di sukai oleh induk karena membutuhkan waktu yang lebih pendek dari pada waktu hidup larva lalat buah sebelum dipanen.
d.   Pengaruh iklim dalam kehidupan lalat buah.
@ Lalat buah dewasa dapat hidup selama 2-3 bulan pada musim panas dan lebih lama lagi pada musim dingin.
@ Populasi lalat buah pada buah – buahan serta sayuran akan meningkat pada iklim sejuk, kelembaban tinggi dan angin yang tidak terlalu kencang.
@ Selain itu curah hujan penting. Populasi lalat buah di daerah bercurah hujan tinggi akan lebih tinggi daripada di daerah bercurah hujan rendah.


2.2.3 Lalat Daging (Sarcophagidae sp)
a.     Taksonomi Lalat Daging  (Sarcophagidae sp)
Kingdom            : Animal
Filum                  : Arthropoda
Kelas                  : Hexapoda
Ordo                   : Dipthera
Famili                 : Sarcophagidae
Genus                 : Sarcophagia
Spesies               : Sarcophagidae sp

b.   Morfologi Tubuh Lalat Daging
F  Abdomen seperti papan catur
F  Mirip dengan lalat hijau, kehitam – hitaman dengan garis – garis thorax yang kelabu dengan ujung berwarna merah sisiknya tidak pernah pucat
F  Lalat ini menyebabkan myasis semi spesifik dan myasis aksdental

c.   Siklus Hidup Lalat Daging  
*     Bertelur secara vivipar
*     Kebanyakan dari lalat dewasa meletekan telurnya dalam sarang – sarang berbagi lebah dan tabuhan. ditempat itu larva makan material – material yang terdapat pada sarang
*     Larva sangat  bervariasi kebiasaannya, tetapi hampir semuanya beberapa zat organic yang membusuk makan hewan – hewan yang mati.
*     Larva diletakan pada daging busuk, makanan atau tinja manusia dan juga dapat diletakan pada kulit yang luka.
*     Daur hidup 14 – 18 hari.  

Pada family ini ada tiga spesies yang penting untuk diketahui pada bidang kesehatankarena penyebab penyakit myasis:
ª  Wholfahrtia magnifica
Lalat ini menyebabkan myasis spesifik. Larva diletakkan pada kulit, sinus hidung, lidah, lubang telinga luar, mata yang yang sakit dan vagina, biasanya terjadi myasis kulit dan atrial.
ª  Wholfartia vigil
Lalat ini menyebabkan myasis spesifik. Larva diletakkan pada daging busuk atau kulit utuh dan dapat menyebabkan myasis kulit dan atrial.
ª  Sarcophagi haemorrhoidalis, S. fuscicauda dan S. carnaria
Lalat ini menyebabkan myasis semi spesifik dan myasis aksidental. Larva diletakkan pada daging busuk atau tinja manusia dapat pula diletakkan pada kulit yang luka.

2.3 CONTOH PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH LALAT
Ø Penyakit Cholera
a.   Gejala Penyakit
Penyakit timbul secara mendadak berupa nausea, muntah diare dan kejang perut. Muntah dan diare sangat sering sehingga penderita banyak kehilangan banyak cairan (10 – 12 ltr/hari) dan elektrolit yang menyebabkan dehidrasi. keadaan ini dapat menyebabkan kematian dalam beberapa jam sampai beberapa hari dari permulaan penyakitnya.
Bakteri yang dibawa alat berasal dari tinja dan muntahan penderita, yang berbahaya bagi penularan.
b.   Cara Penularan
Melalui makanan dan minuman yang mengandung bakterinya, karena telah berhubungan dengan muntah atau feces penderita ataupun karier, baik secara langsung ataupun dengan perantaraan lalat.
c.   Pengobatan
Yang terpenting adalah mengganti cairan dan elektrolit yang hilang bersama muntah dan diare. Karena itu penderita harus segera mendapatkan infuse, penderita harus diberi larutan gula – garam sebanyak – banyaknya.
d.   Pencegahan
Menjaga kebersihan makanan dan minuman. Perbaikan sanitasi lingkungan, terutama perbaikan penyediaan air untuk keperluan rumah tangga. Penderita hareus diisolasi, feces dan muntahan penderita harus didesinfeksi untuk mencegah penyebaran penyakit (wabah).
D.    TEKNIK PENGENDALIAN LALAT
  Pemberantasan vector bertujuan untuk atau menekan populasi vector serendah
mungkin. Pemberantasan dibagi menjadi dua macam, yaitu :
1.      Pemberantasan Alamiah (Natural Control)
Pemberantasan ini terjadi karena factor – factor alam, diantranya : iklim, topografi, predator dan penyakit – penyakit serangga, misalnya :
è  Banyaknya sunar matahari dan angina besar.
è  Musim kemarau yang panjang mengakibatkan suhu semakin meningkat.
è  Musim hujan yang terus menerus yang mengakibatkan banjir.
è  Faktor musuh alami seperti predator, parasit, jamur, bakteri dan virus.
è  Pegunungan, laut dan sungai merupakan rintangan untuk penyebaran serangga khususnya lalat.

2.   Pemberantasan Secara Biologi
      Pemberantasan dengan cara ini hanya khusus untuk masing-masing spesies dan masih banyak dala taraf percobaan. Musuh alamiah yang dapat digunakan, yaitu pemangsa atau predator yang menyebabkan penyakit dan membunuh serangga, khususnya lalat.

3.  Pemberantasan Buatan
Pemberantasan buatan dilakukan dengan usaha – usaha buatan manusia, diantaranya :
C Pemberantasan mekanik atau merubah lingkungan fisik, seperti system irigasi, kanalisaair/ drainase, penimbunan tempat – tempat perindukan, mengatur kadar garam atau salinitas, membersihkan lumut dan membersihkan tanaman air, menanam tumbuhan pelindung dari sinar matahari dan pemberantasan lingkungan secara permanen.
C Pemberantasan kimiawi menggunakan bahan – bahan kimia yang mempunyai khasiat untuk membunuh serangga dewasa, larva atau menolak serangga (yang  bersifat sementara). Penggunaanya dilakukan secara serentak sehingga dapat menekan populasi serangga dalam waktu tertentu. Selain dengan insektisida, pengendalian lalat secara kimia dapat dilakukan dengan senyawa pemikat dan perangkap pemikat. Kombinasi antar senyawa pemikat dan insektisida juga merupakan cara yang cukup baik. Selain mudah dilakukan, kemugkinan pencemaran lingkungan oleh insektisida dapat dibatasi.
Ä  Beberapa sifat dari bahan kimia, diantaranya :
*     Residual  Treatment, yaitu zat racun masuk melalui tubuh lalat dan berlangsung sementara. Misalnya : Clhordun, lindin dan organoposfat.
*     Impreghater card dan stripsm, yaitu berupa kertas – kertas atau tali yang sudah diikatkan menempel dan biasanya di tempat yang tidakmemungkinkan untuk disemprot. Misalnya, rumah makan.
*     Poison atau umpan yang disimpan di luar rumah biasanya dicampur dengan bahan makanannya.
*     Penyemprotan
*     Larvasida

Ä  Beberapa contoh insektisida yang digunakan, diantaranya :
1.      Kelompok insektisida berasal dari tanaman
a.       Nikotina, mempunyai sifat kimia larut dalam air.
b.      Rotenoid, bersifat toksik dan sangat peka terhadap oksidasi. Terutama oleh sinar matahari sebagai katalisatornya.
c.       Piretroid, mempunyai beberpa sifat kimia dan fisika, diantaranya :
    Terhidrolisa oleh alkali atau basa.
    Mengalami foto – oksidasi dibawah pengaruh sinar matahari.
    Mengalami polimerasi dalam keadaan pekat atau dikenai cahaya matahari.
    Tidak menguap
    Larut dalam pelarut organic tetapi tidak larut dalam air.
2.   Kelompok insektisida sintesis, diantranya :
*     Dikloro Difenil Trikloretana (DDT)
*     Benbenzena hexaklorida
*     Siklodien berklorida
*     Organoposfat

a)                  Tetraetil piroposfat (TEPP)
Mempunyai sifat, diantaranya :
°         Larut sepenuhnya dalam air.
°         Terhidrolisa cepat dalam air. Dengan demikian, sifat racunnya cepat hilang
°         Cairan tidak berwarna atau berbau
°         Menguap secepat nikotina
b)                  Parathion
Mempunyai sifat kimia dan biologi, diantaranya :
°         Berbentuk cairan.
°         Larut sedikit dalam air (30 ppm).
°         terhidrolisa secara lambat di dalam air.
°         Berbau seperti bawang
°         Tidak menguap
°         Toksitas terhadap binatang menyusui.
°         Terhidrolisa oleh alcohol.
°         Terurai oleh matahari.
°         Sangat mudah diserap oleh kulit.
c)      Methyl Parathion (MEP)
Mempunyai sifat kimia, diantaranya :
°         Lebih mudah terhidrolisa daripada etil.
°         Gugus methyl kurang mempunyai daya racun dibandingkan dengan etil.
°         Lebih lekas menguap
°         Toksisitas terhadap binatang menyusui
d)                 Malathion
Mempunyai sifat kimia, diantaranya :
°         Larut sedikit dalam air
°         Mantap terhadap hidrolisa air
°         Menguap sedikit
°         Terhidrolisa oleh alcohol
°         Toksisitas terhadap binatang menyusui

Ä  Golongan organofosfat sistemik
1.      Systox
Mempunyai sifat kimia, diantaranya :
*     Sedikit larut dalam air (95 – 100 %)
*     Terhidrolisa di dalam basa
*     Mantap terhadap hidrolisa air
2.   Bidrin (SD 3562)
      Mempunyai sifat kimia, diantaranya :
*     Larut dalam air sekitar 1 %
*     Mantap terhadap hidrolisa air
*     Toksisitas terhadap binatang menyusui
3.   DDVD
*     Cepat menguap
*     Mempunyai batas-batas keselamatan
Ä  Karbamat
Ä  Tiosianat organic
4.      Pemberantasan Dengan Cara Mengubah Sifat Genetik   
Yaitu usaha yang dilakukan dengan menggunakan bahan kimia untuk mengurangi populasi. Contoh : steril male technique ialah memandulkan serangga jantan dan kemuadian dilepaskan. Sterilisasi dilakukan dengan radiasi (penyinaran) atau menggunakan bahan-bahan kimia.
5.   Pemberantasan Dengan Menggunakan Peraturan-Peraturan atau Perundang-undangan (Legal Control)
Agar pengendalian lalat ini dapat memberikan hasil yang memuaskan, menurut Departemen Kesehatan RI Ditjen PPM 7 PLP perlu didahului dengan survey untuk mendapatkan data mengenai :
*                                                                 Kepadatan lalat
*                                                                 Kerentanan lalat terhadap racun serangga
*                                                                 Fluktusi darai kepadatan dan perilaku lalat
Data di atas diperlukan untuk menentukan cara pengendalian yang dapat memberikan hasil yang optimal.
@   Tindakan Pemberantasan Terhadap Larva Lalat
1.      Perbaikan lingkungan untuk mengurangi tempat-tempat yang potensial sebagai tempat perindukan :
a.       Sampah, terutama sampah dapur ditampung pada tempat sampah yang baik dan tertutup dan dalam waktu maksimum tiga hari harus sudah dibuang.
b.      Pegangkutan dan pembuangan samaph dilakukan setiap hari dengan cara yang baik.
c.       Tempat pengumpulan samaph diberi alas yang kedap air, misalnya dengan besi palt, seng dan lain-lain.
d.      Untuk tempat buang kotoran, gunakan kakus/ WC yang selau dalam keadaan bersih.
e.       Kotoran ternak harus dijauhkan dari tempat tinggal manusia dan kotoran dibalik-balik tiga hari sekali.
Penggunaan Racun Serangga Sebagai Larvasida
Penyemprotan dengan larutan atau emulsi larvasida ditujukan pada sampah-sampah organic atau kotoran-kotoran manusia atau binatang sedemikian rupa hingga membasahi seluruh bahan atau media 0,8 – 5,6 L/100m2. Diazinon akan memberikan daya residu 1 – 2 mingggu, sedang yang lain daya residualnya kurang lama, sehingga dengan demikian penyemprotan yang dipergunakan sprycan atau mist blower..
Tindakan Pemberantasan Terhadap Lalat Dewasa
4.1.1.1.1.1.1                                                                    a.   Penyemprotan residu insektisida
      Penyemprotan dilakukan terhadap permukaan yang menjadi tempat hinggap, tempat makan atau temapt istirahat lalat, terutama pada tempa-tempat hinggap di malam hari, sehingga kemungkinan waktu kontak antara lalat dengan insektisida cukup lama. Insektisida yang digunakan dapat dari golongan organophosphate yang memiliki daya residu 2 -4 minggu, sehingga dengan demikian harus diulang 2 – 4 minggu sekali.
      Alat penyemprot yang digunakan adalah sprycan atau mist blower.
b.   Untuk pemakaian di dalam ruangan dapat dipergunakan kertas atau tali-tali yang telah diberi lapisan insektisida yang digantungkan pada langit-langit atau dinding dimana banyak terdapat lalat. Insektisida yang digunakan dapat dari golongan organophosphate, antara lain dizinon, fenitron dan lain-lain.
c.   Umpan (Paison Bait)
Umpan yang digunakan harus memberikan bau yang menarik bagi lalat. Bahan yang dipakai sebagai umpat dapat berupa tepung jagung, air yang dicampur gula dan lain- lain. Insektisida yang dapat dipakai yaitu Dizinon, Dichlorvos, Malathion dan lain-lain.
d.   Tindakan Mekanis
      Ini hanya merupakan tindakan pelengkap, tidak dapat memberikan hasil yang besar.Tindakan Perlindungan (Screening)Tindakan ini tidak untuk mengurangi jumlah lalat, namun sangat penting untuk mencegah hinggapnya lalat pada makanan / minuman.











BAB IV
PENGEDENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH


1.1  Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) disebut juga Dengue Haemorrhagic Fever adalah suatu penyakit yang ditularkan dari orang sakit ke orang sehat melalui gigitan nyamuk (vektor),  yaitu Nyamuk Aedes aegypti. Penyakit Demam Berdarah Dengue ini terus menyebar dengan cepat dikalangan masyarakat dan dapat mengakibatkan kematian karena perdarahan yang sulit dihentikan. Dari Spesies Aedes ini terdapat pula spesies yang juga merupakan vektor penyakit yaitu Aedes albopictus.
Aedes albopictus ini merupakan vektor penyakit Demam Chikungunya. Demam Cikungunya merupakan penyakit yang di sebabkan karena infeksi dengue, penyakit ini menyerang sel saraf Sehingga menyebabkan kelumpuhan sementara. Kedua penyakit ini sangat berbahaya maka dari itu perlu. Kedua penyakit ini sangat berbahaya maka vektor dari kedua penyakit ini perlu dikendalikan baik secara fisik, mekanik, kimia maupun biologi.

1.2  Tujuan
1.      Untuk mengetahui klasifikasi, morfologi,dan bionomik dari nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
2.      Untuk mengetahui gambaran tentang penyakit Demam Berdarah Dengue dan Demam Chikungunya.
3.      Untuk mengetahui metode pengendalian Vektor penyakit Demam Berdarah dan Demam Chikungunya secara tepat berdasarkan pertimbangan ekologis, biologis, ekonomis dan sosiologis.
2.1 PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE
2.1.1   Pengertian Penyakit Demam Berdarah Dengue
Demam Berdarah Dengue ( DBD ) atau Dengue Haemorrhagic Fever adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang sangat berbahaya, karena dapat menyebabkan penderitanya mengalami kematian dalam waktu yang sangat pendek ( beberapa hari ) disertai sakit kepala, nyeri otot, sendi dan tulang, penurunan jumlah sel darah putih dan ruam-ruam.
Demam Berdarah Dengue atau Dengue Hemorrhagic Fever ( DHF ) adalah Demam Dengue yang disertai pembesaran hati dan tanda-tanda perdarahan. Pada keadaan yang lebih parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan penderita jatuh dalam keadaan shock akibat kebocoran plasma. Keadaan ini di sebut Dengue Shock Syndrome (DSS).
Penyakit Demam Berdarah Dengue masuk ke Indonesia sejak tahun 1968 melalui pelabuhan Surabaya dan pada tahun 1980 Demam Berdarah Dengue telah dilaporkan tersebar luas serta melanda di seluruh provinsi Indonesia. Penyakit ini ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti betina.

2.1.2        Penyebab Penyakit Demam Berdarah Dengue
Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus Dengue yang termasuk kelompok B Arthropoda Borne Virus yang sekarang dikenal sebagai genus Flavirus dan mempunyai empat jenis serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Infeksi dari salah serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut.
Seseorang yang tinggal di daerah endemis Dengue dapat terinfeksi oleh tiga atau empat serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus Dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukan manifestasi klinik yang berat.

2.1.3    Vektor Demam Berdarah Dengue
            Demam Berdarah Dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti betina. Oleh karena itu, sebelum kita mempelajari penyakit Demam Berdarah Dengue, maka kita harus mengetahui terlebih dahulu mengenai nyamuk Aedes aegypti.
1.      Klasifikasi Nyamuk Aedes aegypti
Kingdom               : Animal
Filum                     : Artrhopoda
Kelas                     : Hexapoda
Ordo                      : Diptera
Sub Ordo              : Nematocera
Family                   : Culicidae
Sub Family            : Culicinae
Tribus                    : Culicini
Genus                    : Aedes
Species                  : Aedes aegypti

2.      Morfologi Nyamuk Aedes aegypti         
a.       Telur
  Berwarna hitam.
  Berbentuk lonjong (butiran keras).
  Berukuran 0,7 mm
  Diletakan sendiri-sendiri (tidak bergerombol) di permukaan air dan melekat pada dinding kontainer.
  Tidak memiliki pelampung
b.      Larva
  Ukuran 0,5 – 1 cm.
  Bentuk siphon relatif pendek dan gemuk, berwarna hitam gelap.
  Membentuk posisi kira-kira 450C dengan permukaan air dengan bagian kepala ke bawah.
  Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk bernapas, kemudian turun kembali ke bawah dan seterusnya.
  Pada posisi abdomen segmen ke delapan terdapat comb scale sebanyak 8 – 21 berjajar 1 – 3 dan berbentuk seperti duri.
  Selalu bergerak aktif dalam air.
c.       Pupa (Kepompong)
  Pupa terdiri dari sepalothorax, abdomen dan kaki pengayuh.
  Sepalothorax mempunyai sepasang corong pernapasan yang berbentuk segitiga.
  Pada bagian abdomen ditemukan sepasang kaki pengayuh yang lurus dan runcing.
d.      Imago (Dewasa)
  Bagian tubuh nyamuk dewasa terdiri atas kepala, thorax dan abdomen.
  Nyamuk betina mempunyai antenna dengan bulu yang tidak lebat (pilosa), sedangkan nyamuk jantan mempunyai antenna dengan bulu yang lebat (plumosa).
  Tanda-tanda yang khas yaitu tubuhnya mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan, kaki dan sayapnya.
  Ukuran lebih kecil dari nyamuk jenis lainnya.

3.      Daur Hidup Nyamuk Aedes aegypti
            Daur hidup nyamuk Aedes aegypti sejak telur hingga dewasa sama dengan serangga-serangga yang lain, yaitu terdapat empat stadium :
1.      Stadium telur
2.      Stadium larva
3.      Stadium pupa (berlangsung 2 – 4 hari )
4.      Stadium dewasa (sebagai nyamuk yang hidup di alam bebas)

Ø  Stadium telur dan stadium larva terjadi di dalam air (Aquatic stadium, selama stadium di dalam air belum ada beda kelamin. Baru setelah keluar dari kepompong dikenal adanya nyamuk jantan dan betina.
Ø  Dalam hidupnya, telur nyamuk Aedes aegypti akan menetas menjadi larva instar I dalam waktu kurang lebih 2 hari. Selanjutnya larva akan berkembang menjadi instar II, III dan IV. Dimana setiap pergantian instar ditandai dengan pengelupasan kulit, yang disebut Eksdisis.
Ø  Telur diletakan di dinding kontainer di atas permukaan air. Bila kena air, telur akan menetas menjadi larva, setelah 5 -10 hari larva akan menjadi pupa dan dua hari kemudian pupa akan menetas menjadi nyamuk dewasa. Pertumbuhan dari telur sampia menjadi nyamuk dewasa memerlukan waktu kira-kira 7 – 10 hari.
Ø  Setelah keluar dari kepompong, nyamuk jantan yang keluar terlebih dahulu daripada nyamuk betina. Nyamuk jantan tidak akan pergi jauh dari tempat perindukannya, melainkan menunggu nyamuk betina menetas dan berkopulasi.
Ø  Tiap dua hari nyamuk betina menghisap darah manusia untuk bertelur.
Ø  Umur nyamuk betina dapat mencapai 2 -3 bulan.

4.      Bionomik Nyamuk Aedes aegypti 
F Bionomik adalah kesenangan tempat perindukan (breeding habit), kesenangan.
F Tempat perindukan nyamuk berupa genangan-genangan air yang tertampung di suatu wadah yang bisa disebut kontainer.
F Kontainer dapat dibedakan sebagai berikut :
  1. Tempat penampungan air (TPA), yaitu tempat-tempat untuk menampung air guna keperluan sehari-hari seperti : drum, tempayan, bak mandi, bak WC, ember, dan lain-lain.
  2. Bukan tempat penampungan air (Non TPA), yaitu tempat-tempat yang bisa menampung air tetapi bukan untuk keperluan sehari-hari, seperti : tempat minum hewan peliharaan (ayam, burung, dan lain-lain), vas bunga, pot tanaman air, (kaleng, ban bekas, botol, plastik yang dibuang di sembarang tempat).
  3. Tempat penampungan air buatan alam (alamiah), seperti : luubang pohon,lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, potongan bambu, dan lai-lain.
F Untuk meletakan telurnya, nyamuk betina tertarik pada kontainer berair yang berwarna gelap, terbuka lebar dan terutama yang terletak di tempat-tempat yang terlindung dari sinar matahari.
F Kebiasan menggigit, lebih banyak menggigit pada siang hari pada pukul 08.00-12.00  dan pukul 15.00 - 17.00, lebih banyak menggigit di dalam rumah dan menyenangi darah manusia.
F Kebiasaan hinggap istirahat, lebih banyak di dalam rumah, pada benda-benda yang bergantungan, berwarna gelap dan yang terlindung.
F Nyamuk Aedes aegypti tidak dapat berkembang biak pada selokan/got, atau kolam yang airnya langsung berhubungan dengan tanah.
F Mampu terbang sampai 100 meter

2.1.4        Penularan Penyakit Demam Berdarah Dengue
ª  Virus Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina, Aedes albopictus dan Aedes scutellaris. Akan tetapi, nyamuk Aedes aegypti lebih banyak berperan dalam penularan penyakit DBD. Karena nyamuk Aedes aegypti banyak ditemukan di dalam rumah atau bangunan dan tempat perindukannya, juga lebih banyak di dalam rumah. Sedangkan Aedes albopictus dan Aedes scutellaris hidup di kebun-kebun.
ª  Virus Dengue yang berada di dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti pada suhu 30 0C memerlukan waktu 8 – 10 hari untuk menyelesaikan masa inkubasinya dari lambung ke kelenjar ludah nyamuk.
ª  Sedangkan virus Dengue yang terdapat dalam darah tubuh manusia (penderita) memerlukan waktu antara 1 – 2 hari untuk menyelesaikan masa inkubasi sebelum terjadi demam dan pada masa 4 – 7 hari hidup darah manusia.
ª  Penyakit Demam Berdarah Dengue dapat menyerang semua orang terutama anak-anak di bawah usia 15 tahun.
ª  Seseorang yang di dalam darahnya mengandung virus Dengue dan seseorang yang tidak sakit Demam Berdarah, tetapi dalam darahnya mengandung virus Dengue merupakan sumber penular penyakit Demam Berdarah. Bila seseorang tersebut digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan terhisap masuk ke lambung nyamuk. Selanjutnya nyamuk tersebut akan memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk, termasuk di bagian kelenjar air liurnya. Virus Dengue akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit manusia sebelum menghisap darah akan mengeluarkan air liurnya melalui saluran alat tusuknya (proboscis) agar darah yang dihisap tidak membeku, bersama air liur itu virus Dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang yang sehat.

2.1.5        Tanda –Tanda dan Gejala Penyakit Demam Berdarah Dengue
a.       Bentuk klasik dari DBD adalah demam tinggi mendadak 2 – 7 hari hingga mencapai 40 0C, disertai dengan muka kemerahan Bintik – bintik perdarahan di kulit sering terjadi, kadang – kadang di serati bintik – bintik perdarahan di tenggorokan dan selaput bening. Demam tinggi dapat menimbulkan kejang demam terutama pada bayi.
b.      Keluhan seperti anoreksia , sakit kepala, nyerio otot, tulang, sendi, mimisan, nyeri ulu hati dan muntah sering ditemukan.
c.       Biasanya ditemukan juga nyeri perut dirasakan di sekitar epigastrum dan di bawah tulang iga.
d.      Penderita juga sering mengeluh nyeri menelan, perasaan tidak enak di ulu hati, nyeri di tulang rusuk kanan atau nyeri di seluruh perut.
e.       Pada penderita DBD juga sering ditemukan pendarahan yang terjadi karena kebocoran plasma.
f.       Trombositopeni dan hemokonsentrasi merupakan kelainan yang ditemukan pada DBD.
g.      Penurunan jumlah trombosit kurang dari 100.000/ µi, biasa ditemukan pada hari ke 3 – 8 sakit.
h.      Pendarahan saluran cerna ringan dapat ditemukan pada fase demam.
i.        Hati biasanya membesar dengan variasi dari just palpable sampai 2 – 4 cm di bawah arrus costae kanan. Dengan adanya pembesaran hati dapat dideteksi bahwa penderita mengalami syok berat.
Tanda – tanda perdarahan pada DHF dimulai dari tes Torniquet positif dan bintik – bintik perdarahan di kulit (ptechiae). Ptechiae ini bisa terlihat di seluruh anggota gerak, ketiak, wajah dan gusi. Juga bisa terjadi perdarahan hidung, gusi dan perdarahan dari saluran cerna dan perdarahan dalam urin.

Berdasarkan gejalanya DHF dikelompokan menjadi 4 tingkatan :
a.       Derajat 1 : demam diikuti gejala tidak khas. Satu – satunya tanda perdarahan adalah tes torniquet positif ataumudah memar.
b.      Derajat 2 : gejala 1 ditambah dengan perdarahan spontan. Perdarahan bisa terjadi di kulit atau di tempat lain.
c.       Derajat 3 : terjadi kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi yang cepat dan lemah, hipotensi, suhu tubuh yang rendah, kulit lembab dan penderita gelisah.
d.      Derajat 4 : terjadi syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah yang tidak dapat diperiksa.

2.1.6        Tindakan Pertama Yang Dilakukan Pada Penderita DBD ( Demam Berdarah Dengue )
Pertolongan pertama yang paling penting adalah :
a.       Menenangkan dan memberinya banyak minum.
b.      Kompres dengan air es.
c.       Beri obat turun panas.
d.      Selanjutnya penderita segera dibawa ke dokter/ Puskesmas yang terdekat untuk diperoleh. Bila diduga terserang DBD akan dikirim langsung ke Rumah Sakit untuk dirawat.
e.       Lapor segera ke Puskesmas setempat dengan membawa surat dari Rumah Sakit supaya dilakukan pencegahan penyebaran penyakit.

2.1.7  Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue
Penyakit DBD menurut Surat Keputusan Tentang Pemberantasan Penyakit DBD No. 581/Menkes/SK/VII/1992, tanggal 27 Juli 1992. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak selama 2 – 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/ lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda pendarahan kulit berupa bintik-bintik pendarahan (Petichiae), lebam (Ecchymosis) atau raum (purpura). Kadang-kadang berak darah, muntah darah, kesadaran menurun atau rentan (shock).
Dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Tentang DBD ini, merupakan bukti kepedulian pemerintah atas penyakit ini dan ini merupakan salah satu bentuk preventif dari pemerintah. Kasus DBD ini dapat dicegah apabila masyarakat mempunyai kesadaran akan pentingnya lingkungan yang sehat dan bersih.
Melakukan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dengan melakukan 3M merupakan perlakuan preventif untuk menghindarai penyakit DBD. Selain itu, bisa juga dengan menaburkan serbuk abate di genangan air untuk membunuh telur dan larva nyamuk dan melakukan fogging pada waktu masa aktif nyamuk, yaitu 08.00 – 12.00 dan pukul 15.00 – 17.00. Perlakuan ini sudah menjadi kebiasaan dan kesadaran masyarakat untuk melakukannya, maka kita akan terhindar dari penyakit yang menakutkan ini.

2.1.8  Pengendalian Vektor Penyakit Demam Berdarah
¨      Perlindungan perseorangan untuk mencegah terjadinya gigitan Aedes aegypti yaitu dengan memasukan kawat kasa ke lubang – lubang angin jendela atau pintu, tidur dengan menggunkan kelambu, penyemprotan dnding rumah dengan insektisida malathion dan penggunaan ”refellent” seperti autan atau off pada saat berkebun.
¨      Mencegah nyamuk meletakan telurnya dengan cara membuang, membakar atau mengubur benda-benda di pekarangan atau di kebun yang dapat menampung air hujan seperti kaleng, botol, ban mobil dan tempat-tempat yang lain yang menjadi tempat perindukan Aedes aegypti ( ” man made breeding places” ).
¨      Mencegah pertumbuhan jentik dan membunuh telur dengan cara mengganti air atau membersihkan tempat-tempat air secara teratur tiap minggu sekali, pot bunga, tempayan dan bak mandi.
¨      Pemberian ikan pemakan jentik pada TPA.
¨      Pemberian larvasida ( abate ) kedalam tempat penampungan air / penyimpanan air bersih ( abatisasi )
¨      Melakukan ”fogging”dengan Malathion untuk menbunuh nyamuk dewasa setidak -tidaknya 2 kali dengan jarak waktu hari, misalnya di daerah yang terkena wabah dan daerah endemi DBD dimana indeks kepadatan nyamuk relatif tinngi.
¨      Pendidikan kesehatan masyarakat melalui ceramah agar masyarakat dapat memelihara kebersihan lingkungan dan turut secara perseorangan memusnahkan tempat-tempat perindukan Aedes aegypti di sekitar rumahnya masing-masing.
Disamping itu memonitor kepadatan populasi Aedes aegypti juga merupakan hal yang penting sekali dalam upaya membantu mengevaluasi adanya ancaman DBD di suatu daerah dan juga untuk meningkatkan tindakan pengendalian vektor.
Pengukuran kepadatan populasi nyamuk yang belum dewasa ( stadium jentik) di lakukan dengan cara pemeriksaan tempat perindukan di dalam dan di luar rumah dari 100 rumah yang terdapat di daerah pemeriksaan.
Ada 3 angka index yang perlu di ketahui yaitu :
  1. Index rumah ( house index ialah persentasi rumah yang positif dengan larva Aedes aegypti dari 100 wadah yang diperiksa.
  2. Index wadah ( container index ) ialah persentasi tempat perindukan yang positif dengan larva Ades aegypti dari 100 wadah yang di periksa.
  3. Index Breteau ( reteau index ) ialah jumlah tempat perindukan yang posotif dengan larva Aedes aegypti dalam tiap 100 rumah.

2.1.9    Pengobatan  Penyakit Demam Berdarah Dengue
Untuk mengatasi demam biasanya diberikan Parasetamol. Salisilat tidak digunakan karena akan memicu perdarahan dan asidosis. Parasetamol diberikan selama demam masih mencapai 39ºC, paling banyak 6 dosis dalam 24 jam. Kadang-kadang diperlukan obat penenang pada anak-anak yang sangat gelisah. Kegelisahan ini biasa terjadi karena dehidrasi atau gangguan fungsi hati. Haus dan dehidrasi merupakan akibat dari demam tinggi, tidak adanya nafsu makan dan muntah. Untuk mengganti cairan yang hilang harus diberikan cairan yang cukup melalui mulut atau melalui vena. Cairan yang diminum sebaiknya mengandung elektrolit seperti oralit. Cairan lain yang biasa digunakan adalah jus buah-buahan.
Penderita HARUS SEGERA DIRAWAT, bila ditemukan gejala-gejala, seperti dibawah ini :
a.       Takikardia, denyut jantung meningkat.
b.      Kulit Pucat dan dingin.
c.       Denyut nadi melemah.
d.      Terjadinya perubahan derajat kesadaran, penderita terlihat ngantuk atau tertidur terus menerus.
e.       Peningkatan konsentrasi hematokrit secara tiba-tiba.
f.       Tekanan darah menurun hingga kurang dari 20 mmHg.
g.      Urine sangat sedikit.
Dengan tanda-tanda tersebut berarti penderita mengalami dehidrasi yang signifikan, sehingga diperlukan pengganti cairan secara intravena ( infus-red ). Oksigen juga di perlukan pada penderita yang mengalami shock. Transfusi darah hanya diberikan pada penderita dengan tanda-tanda pendarahan yang signifikan.        
2.2 PENYAKIT DEMAM CHIKUNGUNYA
2.2.1        Pengertian Demam Chikungunya
Demam Cikungunya merupakan penyakit yang di sebabkan karena infeksi dengue dengan vector perantara, Yaitu Aedes albopictus. Penyakit ini menyerang sel saraf Sehingga menyebabkan kelumpuhan sementara.
2.2.2        Penyebab Penyakit Demam Chikungunya
Demam Chikungunya disebabkan oleh Nyamuk Aedes albopictus
2.2.3        Vektor Demam Chikungunya
Demam Chikungunya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti (dalam rumah) maupun Aedes albopictus (luar rumah).
1.      Taksonomi Nyamuk Aedes albopictus
Kingdom               : Animal
Filum                     : Arthopoda
Klass                     : Hexapoda
Ordo                      : Diptera
Sub Ordo              : Nematocera
Family                   : Culicidae
Sub Famili             : Culicinae
Tribus                    : Culicini
Genus                    : Aedes
Species                  : Aedes albopictus
2.      Morfologi Nyamuk Aedes albopictus
a.       Telur
F Berwarna hitam.
F Berukuran 0,7 mm
F Berbentuk lonjong (butiran keras).
F Diletakan sendiri-sendiri (tidak bergerombol) di permukaan air dan melekat pada dinding kontainer.
F Tidak memiliki pelampung
b.      Larva
F Ukuran 0,5 – 1 cm.
F Bentuk siphon relatif pendek dan gemuk, berwarna hitam gelap.
F Selalu bergerak aktif dalam air.
F Membentuk posisi kira-kira 450C dengan permukaan air dengan bagian kepala ke bawah.
F Pada posisi abdomen segmen ke delapan terdapat comb scale sebanyak 8 – 21 berjajar 1 – 3 dan berbentuk seperti duri.
F Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk bernapas, kemudian turun kembali ke bawah dan seterusnya.
c.       Pupa (Kepompong)
F   Pupa terdiri dari sepalothorax, abdomen dan kaki pengayuh.
F   Sepalothorax mempunyai sepasang corong pernapasan yang berbentuk segitiga.
F   Pada bagian abdomen ditemukan sepasang kaki pengayuh yang lurus dan runcing.
d.      Imago (Dewasa)
F Bagian tubuh nyamuk dewasa terdiri atas kepala, thorax dan abdomen.
F Tanda-tanda yang khas yaitu tubuhnya mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan, kaki dan sayapnya.
F Ukuran lebih kecil dari nyamuk jenis lainnya.
F Nyamuk betina mempunyai antenna dengan bulu yang tidak lebat (pilosa), sedangkan nyamuk jantan mempunyai antenna dengan bulu yang lebat (plumosa).

3        Daur Hidup Nyamuk Aedes albopictus
            Daur hidup nyamuk Aedes albopictus sejak telur hingga dewasa sama dengan serangga-serangga yang lain, yaitu terdapat empat stadium :
1.      Stadium telur
2.      Stadium larva
3.      Stadium pupa (berlangsung 2 – 4 hari )
4.      Stadium dewasa (sebagai nyamuk yang hidup di alam bebas)

@ Stadium telur dan stadium larva terjadi di dalam air (Aquatic stadium, selama stadium di dalam air belum ada beda kelamin. Baru setelah keluar dari kepompong dikenai adanya nyamuk jantan dan betina.
@ Dalam hidupnya, telur nyamuk Aedes albopictus akan menetas menjadi larva instar I dalm waktu kurang lebih 2 hari. Selanjutnya larva akan berkembang menjadi instar II, III dan IV. Dimana setiap pergantian instar ditandai dengan pengelupasan kulit, yang disebut Eksdisis.
@ Telur diletakan di dinding kontainer di atas permukaan air. Bila kena air, telur akan menetas menjadi larva, setelah 5 -10 hari larva akan menjadi pupa dan dua hari kemudian pupa akan menetas menjadi nyamuk dewasa. Pertumbuhan dari telur sampia menjadi nyamuk dewasa memerlukan waktu kira-kira 7 – 10 hari.
@ Setelah keluar dari kepompong, nyamuk jantan yang keluar terlebih dahulu daripada nyamuk betina. Nyamuk jantan tidak akan pergi jauh dari tempat perindukannya, melainkan menunggu nyamuk betina menetas dan berkopulasi.
@ Tiap dua hari nyamuk betina menghisap darah manusia untuk bertelur.
@ Umur nyamuk betina dapat mencapai 2 -3 bulan.
4.      Bionomik Nyamuk Aedes albopictus
Ä  Bionomik adalah kesenangan tempat perindukan (breeding habit), kesenang.
Ä  Tempat perindukan nyamuk berupa genangan – genangan air yang tertampung di suatu wadah yang bisa disebut kontainer.
Ä  Kontainer dapat dibedakan sebagai berikut :
a.       Tempat penampungan ait (TPA), yaitu tempat – tempat untuk menampung air guna keperluan sehari – hari seperti : drum, tempayan, bak mandi, bak WC, ember, dll.
b.      Bukan tempat penampungan air (Non TPA), yaitu tempat –tempat yang bisa menampung air tetapi bukan untuk keperluan sehari – hari seperti : tempat minum hewan peliharaan (ayam, burung,dll), vas bunga, pot tanaman air, (aleng, ban bekas botol, plastik yang dibuang di sembarang tempat).
c.       Tempat penampungan air buatan alam (alamiah) seperti : luubang pohon,lubang batu,pelepah daun, tempurung kelapa, potongan bambu, dll.
Ä  Untuk meletakan telurnya, nyamuk betina tertarik pada kontainer berair yang berwarna gelap, terbuka lebar dan terutama yang terletak di tempat – tempat yang terlindung dari sinar matahari.
Ä  Kebiasan menggigit, lebih banyak menggigit pada siang hari pada pukul 08.00-12.00  dan pukul 15.00-17.00, lebih banyak menggigit diluar rumah dan menyenangi darah manusia. Waktu menggigit paling sedikit ialah pada saat tengah hari selama cuaca kering dan panas perbedaan waktu puncak aktivitas antara menggigit di dalam dan di luar rumah di duga disebabkan oleh perbedaan intensitas cahaya. Frekuensi mengigit di luar rumah ialah 25 kali lebih besar daripada di dalam rumah. Hujan berpengaruh sedikit pada aktivitas menggigit, nyamuk betina dapat meyerang menusia, baik pada waktu tidak hujan, selama masa hujan berkurang maupun pada waktu gerimis.
Ä  Kebiasaan hinggap istirahat, lebih banyak di dalam rumah, pada benda – benda yang bergantungan, berwarna gelap dan yang terlindung.
Ä  Nyamuk Aedes albopictus tidak dapat berkembang biak pada selokan / got, atau kolam yang airnya langsung berhubungan dengan tenah.
Ä  Aedes albopictus merupakan nyamuk dengan daya terbang lemah yaitu 1,4 m sehari. Angin tidak mempengaruhi distribusi nyamuk, tetapi berperan pada arah terbang. Nyamuk

2.2.4        Penyebaran Demam Chikungunya
Ø  Demam Chikungunya pertama kali dikenal di Arika Timur pada tahun 1952, tidak heran bila namanya pun berasal dari bahasa Swahili yang berarti menekuk atau membungkuk.Demam Chikungunya disebabkan oleh virus yang termasuk family Togaviridae, genus Alphavirus dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan aedes albopictus.
Ø  Virus penyebab Demam Chikungunya telah menyebar dari Negara asalnya Swahili Afrika ke Asia Tenggara sejak tahun 1960-an dan terus menimbukan epidemi diwilayah tropis tersebu. Peredaran virus memang tak lagi di batasi oleh posisi geografi. Hutan yang tadinya tertutup menjadi terbuka, daerah yang dulu terisolir kini bisa dengan mudah berhubungan kemana saja. Makin mudahnya transportasi adalah faktor lain yang mempercepat pola penyebaran virus. Didaerah pemukiman, siklus virus Chikungunya di bantu oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Chikungunya yang semula bersuklus dari primata-nyamuk-primata, dapat pula bersiklus manusia-nyamuk-manusia. Penyebaran dapat terjadi jika orang yang terkena penyakit chikungunya disuatu negara berkunjung ke negara lain, dengan begitu orang tersebut membawa virus dan menyebarkannya ke berbagai kawasan yang dikunjunginya. Penyebaran dapat terjadi seiring dengan perpindahan nyamuk. Hal-hal tersebutlah yang menyebabkan virus dapat menyebar ke berbagai negara.
Ø  Demam Chikungunya mulai ditemukan di Indonesia antara tahun 1982 – 1985. Ketika itu wabah terjadi di Sumatera Selatan, Pulau Jawa dan Kalimantan Barat. Menurut Direktur Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang (P2B2), Direktorat Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (P2M & PL), Departemen Kesehatan, Dr. Thomas Suroso, MPH ada gelombang epidemi 20 tahunan dalam kasus demam Chikungunya. Hal ini mungkin terkait perubahan iklim dan cuaca. Hal tersebut dikatakannya setelah melihat adanya Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Chikungunya yang terjadi kembali setelah vakum hampir 20 tahun. Awal tahun 2001 Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Chikungunya terjadi di Muara Enim, Sumatera Selatan dan Aceh, disusul Bogor pada bulan Oktober. Demam Chikungunya terjangkit lagi di Bekasi, Purworejo dan Klaten pada tahun 2002

2.2.5        Penularan Demam Chikungunya
P  Demam Chikungunya ditularkan oleh nyamuk  Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
P  Penularan Demam Chikungunya terjadi apabila orang yang menderita Demam Chikungunya digigit oleh nyamuk penular (Aedes aegypti atau Aedes albopictus) kemudian nyamuk tersebut yang telah terinfeksi oleh virus Chikungunya menggigit orang sehat. Pada saat menggigit virus Chikungunya yang ada dalam tubuh nyamuk tersebut masuk ke dalam darah manusia telah terinfeksi oleh virus chikungunya.
P  Biasanya tidak terjadi penularan dari orang ke orang. Semua orang dapat tertular penyakit ini mulai dari anak-anak sampai dewasa, baik itu laki-laki maupun perempuan.

2.2.6        Tanda – tanda dan Gejala Demam Chikungunya
°         Demam Chikungunya mempunyai masa inkubasi sekitar 2-4 hari, setelah masa inkubasi tersebut timbul gejala – gejala. Gejala – gejala uang ditimbulkan mirip dengan gejala demam berdarah, yaitu demam yang tinggi (39-40ºC), menggigil, sakit kepala, sakit perut, mual, muntah, bintik – bintik merah pada kulit terutama badan dan tangan.
°         Gejala – gejala  yang paling menonjol pada Demam Chikungunya adalah nyeri pada setiap persendian, terutama sendi lutut, pergelangan kaki dan tangan serta sendi – sendi tulang punggung. Radang sendi menyebabkan sendi susah untuk digerakan, bengkak, dan berwarna kemerahan. Itulah sebabnya postur tubuh penderita menjadi membungkuk dengan jari – jari / tangan dan kaki menjadi tertekuk. Gejala penyakit tersebut bisa berlangsung 3-10 hari kemudian sembuh dengan sendirinya, tetapi tidak dengan nyeri sendinya.
°         Gejala dengan nyeri sendi ini bisa berlangsung berminggu – minggu bahkan berbulan – bulan. Meskipun gejalnya mirip dengan Demam Berdarah Dengue (DBD), pada Demam Chikungunya tidak ada perdarahan hebat, renjatan (shock) maupun kematian.
2.2.7        Pengendalian Vector Demam Chikungunya
Pengendalian vektor demam chikungunya dapat dilakukan dengan cara pemberantasan tehadap vektor demam Chikungunya tersebut, baik terhadap nyamuk dewasa maupun terhadap jentik. Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan cara :
1. Pengendalian nyamuk dewasa
            Pengendalian nyamuk dewasa dapat dilakukan dengan cara penyemprotan (pengasapan = fogging) dengan insektisida. Hal ini dilakukan mengingat kebiasaaan  ntamuk yang hinggap pada benda – benda tergantung, pada tempat – tempat yang gelap dan lembab . pada prinsipnya penyemprotan bertujuan untuk menekan anggka populasi nyamuk sementara dan untuk memperpendek umur nyamuk. Dengan di bunuhnya nyamuk maka penyebaran virus pun terbatas sehingga dapat membatasi penularan. Penyemprotan insektisida dilakukan jika suatu tempat menunjukan adanya penularan yang ditandai dengan ditemukannya penderita atau tersangka demam chikungunya lain dan jentik nyamuk dirumah penderita demam chikungunya atau tempat – tempat lain disekitarnya.

2. Pengendalian larva
            Pengendalian terhadap jentik nyamuk dikenal dengan istilah pemberantasan sarang nyamyuk (PSN). Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dapat dilakukan dengan cara :
a.      Kimia
Yaitu cara memberantas jentik dengan menggunakan bahan kimia pembasmi jentik (larvasida). Cara ini dikenal dengan istilah abatisasi. Abatisasi bertujuan untuk mencegah supaya jentik nyamuk tidak akan menjadi nyamuk dewasa atau membunuh jentik nyamuk. Abatisasi dapat dilakukan dengan cara menaburkan bubuk abate ke dalam tempat penampungan air sesuai dengan dosis. Dosis efektifnya yaitu satu sendok makan (10 gram) bubuk abate untuk 100 L dengan konsekuensi dengan menyikat tempt penampungan air selama kurang lebih 3 bulan.
b.      Biologi
Dengan cara memelihara ikan pemakan jentik pada setiap tempat penampungan air. Ikan tersebut berfungsi sebagai predator dari jentik nyamuk seperti ikan kepala timah.
c.       Fisik
Cara ini dikenal dengan 3M yaitu menguras, menutup dan mengubur. 3M dapat dilakukan dengan cara :
1.      Menguras secara teratur tempat penampungan air setiap seminggu sekali seperti bak mandi, drum air, tempayan, mengganti air tempat minum burung, mengganti air vas bunga dll. Hal ini dilakukan mengingat perkembangan nyamuk mulai dari telur sampai menjadi nyamuk dewasa memerlukan waktu 7 -14 hari.
2.      Menutup rapat – rapat tempat penampungan air , seperti tempayan, drum air, pagar bambu yang terbuka dll.
3.      Mengubur atau  menyingkirkan kaleng – kaleng bekas, ban bekas, dan benda – benda lainnya yang tidak berguna yang dapat menampung air sehingga tidak menjadi sarang nyamuk.
































BAB V
PENGENDALIAN VEKTOR DENGAN PESTISIDA



1.      Gambaran  Umum dari Pestisida
Pestisida mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak, dan sebagainya yang diusahakan untuk kesejahteraan hidupnya. Pest berarti hama, sedangkan cide berarti membunuh. Maka, dapat didefinisikan pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dapat digunakan untuk membunuh/ mengendalikan hama (PP RI No. 7 tahun 1973).
-          Memberantas/ mencegah hama penyakit yang merusak tanaman
-          Memberantasan rerumputan
-          Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman
-          Memberantas/ mencegah binatang-binatang jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan.
-          Memberantas/ mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang.
Dalam prakteknya, petisida sering digunakan bersama-sama dengan bahan lain, misalnya dicampur dengan minyak untuk melarutkan, air pengencer, tepung untuk mempermudah dalam pengenceran atau penyebaran dan penyemprotan.
Karena pestisida bahan racun, maka penggunaannya perlu hati-hati dengan memperhatikan keamanan operator, bahan yang diberi pestisida dalam lingkungan sekitar. Perhatikan pentunjuk pemakaian yang tercantum dalam label dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan penggunaan bahan racun, khususnya pestisida.

2.   Perkembangan Penggunaan Pestisida Di Indonesia
Penggunaan pestisida di Indonesia, diawali dengan pemakaian pestisida untuk vektor binatang pengganggu. Misalnya saja penggunaan pestisida jenis Malathion dan Temephos. Di Indonesia penggunaan pestisida ini secara intensif untuk mengendalikan Aedes aegypti telah berjalan lebih dari 25 tahun. Malathion terdaftar sejak tahun 1976 sedangkan Temephos sejak tahun 1974. Penggunaan dua jenis pestisida tersebut dalam waktu lama untuk sasaran yang sama tentu telah memberikan tekanan seleksi yang mendorong berkembangnya populasi Aedes aegypti  tahan lebih cepat.
Dalam sektor pertanian Indonesia telah mengenal dan menggunakan pestisida sekitar 20 tahun yang lalu, yaitu sekitar tahun 1985/1986. Diawali pada orde baru, yaitu sekitar tahun 1960-an sehingga awal 1990-an Indonesia termasuk salah satu negara yang berhasil mengantar sektor pertanian terutama besar dari jurang kekurangan menuju swasembada. Pemenuhan kebutuhan sendiri ini berlangsung pada era 1980-an. Bahkan pada tahun 1980 hingga tahun 1985 Indonesia  adalah net-eksportir beras. Hal ini terjadi karena model revolusi hijau yang digalakan pemerintah orde baru mulai tahun 1970-an.
Namun dampak dari revolusi hijau ternyata membuat ketergantungan pada input pertanian  modern yang dianjurkan. Kejadian ini persis terjadi hingga saat ini, pada proyeksi pertanian Indonesia yang cenderung monokultur (terutama tergantung pada beras), tergolong menggunakan teknologi, namun merugikan yakni penggunaan pestisida dan pupuk kimia dan lain sebagainya. Ketergantungan inilah yang mengakibatkan petani di Indonesia pada akhirnya tidak dapat lagi menemukan margin dari input yang diperlukan dan hasil yang diperoleh. Era ketergantungan ini akhirnya membuat beban petani menjadi semakin berat. Mahalnya pestisida, pupuk, tidak seimbang dengan pendapatan yang diperoleh. Hal ini juga berlangsung hingga saat ini.
Pada tahun 1995 Indonesia mulai mengurangi subsidi untuk input pertanian, walaupun subsidi untuk pestisida telah dilarang bebarapa tahun sebelumnya (pada tahun 1989). Hal ini yang membuat para petani semakin sengsara. Pupuk, pestisida dan industri pertanian akhirnya jebol dan dikuasai oleh pedagang-pedagang besar.
Penggunaan bio pestisida di Indonesia tidak mengalami perkembangan yang berarti sejak diperkenalkan pada sekor pertanian di Indonesia yang muncul 20 tahun lalu. Perkembangan bio pestisida jauh tertinggal dibanding perkembangan pestisida sintetis. Hingga saat ini penggunaan pestisida di sector pertanian Indonesia cenderung stagnan. Jenis bio pestisida yang sudah terdaftar dan dipasarkan secara komersial hingga saat ini  berkisar 20-30 jenis, tetapi belum didaftarkan oleh penelitinya.

3.   Peraturan Perundangan yang Berkaitan dengan Pestisida
1.                  PP RI No 7 Thn 1973
Tentang Pengawasan atas Peredaran Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida.
2.                  SK Menteri Pertanian No 280/Kpts/Um/6/1973
Tentang Prosedur Permohonan Pendaftaran dan Izin Pestisida

3.                  UU No 11 Thn 1962
Tentang Hygene Untuk Usaha-Usaha Bagi Umum
4.                  UU No 1 Thn 1970
Tentang Keselamatan Kerja
5.                  UU No 4 Thn 1982
Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok-Pokok Lingkungan Hidup
6.                  UU RI No 23 Thn 1992
Tentang Kesehatan
7.                  Permenkes RI No 258 / Menkes / PER / III / 1992
Tentang Persyaratan Kesehatan Pengelolaan Pestisida
8.                  Keputusan Dirjen P2M PLP No 32 – I / PD.03.LP / 1993
Tentang Persyaratan Tempat Pembuatan, Penyimpanan, Penyajian dan Pengangkutan Pestisida.

4.   Penggolongan Pestisida
      Pestisida dapat digolongkan berdasarkan sasarannya maupun susunan kimianya.
4.1 Penggolongan pestisida menurut jasad sasarannya
            Penggolongan pestisida berdasarkan jasad sasarannya, terdiri dari :
1)      Adultisida       : Pestisida untuk nyamuk dewasa
2)      Akarisida         : Pestisida untuk tungau dan caplak (acariana)
3)      Bakterisida      : Pestisida untuk bakteri
4)      Fungsida         : Pestisida untuk cendawan (jamur)
5)      Herbisida         : Pestisida untuk gulma/ tumbuhan pengganggu
6)      Insektisida       : Pestisida untuk serangga.
7)      Larvasida        : Pestisida untuk membunuh larva
8)      Molusisida       : Pestisida untuk keong/ siput
9)      Nematisida      : Pestisida untuk Nematode
10)  Ovisida            : Pestisida untuk telur hama (semut, nyamuk)
11)  Rodentisida     : Pestisida untuk binatang pengerat
12)  Termisida        : Pestisida untuk rayap




4.2 Penggolongan Pestisida Berdasarkan Susunan Kimianya
            Penggolongan pestisida berdasarkan susunan kimianya, terdiri dari pestisida organik dan pestisida anorganik. Pestisida organik, berdasarkan sumbernya terbagi menjadi dua, yaitu alami dan buatan.
4.2.1 Organik
a.   Alami


§  Hewan :
1.      Benzena      
2.      Gasolin                             
3.      TER                      
4.      Solar
5.      Kerosin     
6.      Ether
7.      Napthalin
8.      Aceton
§  Tumbuhan :                                  
1.      Nikotin                                            
2.      Rosmetrin
3.      Pyrethrum                                       
4.      Dimetrin
5.      Rotenone        
6.      Aletrin


b.   Sintetis ( Buatan )
1.      OCI ( Organo Chlorin Insektisida )
2.      OFI ( Organo Phospat Insektisida )
3.      OKI ( Organo Karbomat Insektisida )
Tabel 1
Perbedaan Pestisida Organik Sintetis (Buatan)
No
OCI
OPI
OKI
1
Mengandung unsur Chlor
Mengandung unsur Phospat
Mengandung unsur Sulfur
2
Sangat beracun/ daya racun tinggi
Daya racun rendah terhadap lingkungan, manusia, hewan dan tumbuhan (di luar hama)
Daya racun rendah terhadap lingkungan, manusia, hewan dan tanaman (di luar hama)
3
Tidak mengikat enzim Cholinesterase
Mengikat enzim Cholinesterase
Mengikat enzim Cholinesterase
4
Bersifat komulatif di alam (tumbuhan, hewan dan manusia)
Tidak komulatif di alam (tidak terjadi penumpukan)
Tidak komulatif di alam (tidak terjadi penumpukan)
5
Persisten di alam (lama berada di alam)
Tidak persisten
Tidak persisten
6
Sudah tidak digunakan
Masih digunakan
Masih digunakan

4.2.2 Anorganik :
  1. Calsium Arsenat                                 
  2. Sodium Arsenat         
  3. Mangan
  4. Lead Arsenat    
  5. Barium Arsenat
  6. Fosfor
  7. Oryolit
  8. Paris Green
  9. Antimon
  10. Belerang
  11. Fe, Cu, Ca

5.   Formulasi dan Bahan Aktif Pestisida
                                                Tabel 2
            Formulasi dan Bahan Aktif Pestisida
No
Formulasi
Bahan aktif dan kadarnya
1.
Abate 1 SG
Temephose 1 %
2.
Baygon Aerosol
Propoxur 2,0 %
Diklorvos 0,5 %
3.
Icon 25 EC
Sihalotrin 25 %
4.
Lorsban 480 EC
Klorpirifos 48 %
5.
Mortein 0,27
S. Biolaterin 0,27 %
6.
Diazinon 60 EC
Diazinon 60 %

6.   Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Pestisida
6.1`Keuntungan :
  1. Cepat membunuh hama / dalam waktu relative singkat
  2. Dapat menurunkan wabah penyakit dengan cepat
  3. Dapat memutuskan mata rantai penularan penyakit
  4. Penggunaanya praktis
6.2  Kerugian :
  1. Mencemari lingkungan : air, tanah, udara.
  2. Menimbulkan keracunan pada manusia dan hewan.
  3. Dapat membunuh bintang lain selain hama sasaran
  4. Dapat menimbulkan resisten terhadap hama sasaran
  5. Meninggalkan residu pada tanaman ( sayuran ) di pertanian.
  6. Dapat menimbulkan bau tidak sedap
  7. Menimbulkan minyak pada lantai ( Fogging ).
  8. Menimbulkan kerugian ekonomi
~ obat nyamuk bakar             asapnya
  1. Harganya mahal
7.   Kesimpulan
Pestisida merupakan bahan kimia maupun bahan lainnya serta jasad renik yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama. Penggunaan pestisida di Indonesia dimulai pada tahun 1974-an. Pestisida yang peratam digunakan adalah Temephos, yaitu pestisida yang digunakan untuk memberantas Aedes aegypti dan diikuti dalam bidang pertanian. Penggunaan pestisida di bidang pertanian diperkenalkan pada orde baru setelah revolusi hijau pada tahun 1985/1986-an dan sampai saat ini perkembangan pestisida dalam bidang pertanian tidak mengalami perkembangan yang berarti.
Penggunaan pestisida perlu diawasi, serta sesuai takaran yang ditetapkan dan menjadi prioritas terakhir. Sehingga tidak akan terlalu berbahaya bagi kehidupan dan tidak menimbulkan dampak yang negative.



























DAFTAR PUSTAKA



Azwar, Azrul. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Mutiara, 1981.
Iskandar, H. Adang. Pemberantasan Serangga dan Binatang Pengganggu. Jakarta
:1985.
Sucipto,Cecep D. Vektor Penyakit Tropis, Yogyakarta: Gosyen Publisihing, 2011
Seregeg, I. G. Diktat Tinjauan Tikus – tikus dan Binatang Serupa Tikus di Jawa.
Jakarta : Universitas Indonesia, 1979.
Sukapradja, Dradjat. Bahan Kuliah Pemberantasan Serangga dan Binatang
Pengganggu. Bandung : 1987.