PENGUKURAN ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN

PENDAHULUAN 

Didalam atau seputar epidemiologi kita sering mendengar tentang angak kesakitan dan angka kematian, dalam hal ini terdapat orang tempat dan waktu, seperti yang telah kita ketahui RATE dibedakan menjadi 2 macam incidence rate, yaitu terkait dengan kesakitan dan kematian yaitu: incidence raet , prevalence rate,atack rate dalam berhubungan dengan kematian akan dibicarakan crude death, age spesific date rate, disease rate, disease spesific fatality dari adjusted death rate,
Sebelum membicaran rate perlu dikemukakan hal sebagai berikut :

  1. untuk penyususnan rate dibutuhkan tiga elemen yakni : jumlah orang yang terserang penyakit atau meninggal, jumlah penduduk dari mana penderita berasal, waktu atau priode dimana seseorang itu terkena penyakit. 
  2. Apabila pembilang terbatas pada umur, sex, atau golongan tertentu maka penyebut juga harus harus terbatas pada umur sex golongan yang sama. 
  3. bila penyebut terbatas pada mereka yang dapat terserang atau terjangkit penyakit tertentu, maka penyebut tersebut dinyatakan sebagai populasi yang mempunya resiko ( population at risk )
INCIDENCE RATE
Incidence rate suatu penyakit adalah jumlah kasus baruterjadi dikalangan penduduk selama priode waktu tertentu
incidence rate = JML kasus baru suatu penyakit 
                         Populasi yang mempunyai resiko
Attack rate =                 JML Kasus                     ( Selama epidemi )
                      Populasi yang mempunyai resiko
PREVALENCE RATE
mengukur jumlah orang dikalangan penduduk yang menderita suatu penyakit pada suatu titik waktu tertentu
Prevalence rate  = Jumlah kasusu penyakit yang ada                             
                            jumlah penduduk seluruhnya pada suatu titik waktu
HUBUNGAN ANTARA PREVALENCE DAN INCIDENCE
Hubungan antara prevalence ( P )dan incidence  ( I ) adalah D yang berarti bahwa prevalence berubah menurut incidence dan lamanya sakit ( D ). Apabila incidence dan lama sakit stabil selama waktu panjang formula ini dapat dituliskan : P=1xD
jadi apabila prevalence dan lama sakit diketahui maka dapatlah dihitung incidence.

CRUDE DEATH RATE ( CDR )
CDR  = Jumlah kematian dikalangan penduduk disuatu daerah dalam satu tahun                x 1000
             Jumlah rerata penduduk ( pertengahan tahun ) di daerah dan tahun yg sama

Hal Hal yang Perlu Diperhatikan 

  1. Jumlah penduduk disini bukan merupakan penyebut yang sebenarnya oleh karena berbagai golongan umur mempunyai kemungkinan mati yang berbeda sehingga perbedaan dalam penyususnan umur antara beberapa penduduk akan menyebabkan perbedaan dalam crude death rate meskipun rate untuk berbagai golongan umur sama
  2. kekurangan dari CDR adalah terlalu menyederhanakan pola komplek pada rate, penggunaan nya dalam perbandingan angka kematian atara penduduk mempunyai susunan umur bebrbeda tidak dapat secara langsung melainkan harus melalui prosedur penyusuaian ( adjusment )
  3. CDR ini digunakan secara luas sifatnya yang merukan summary rate dan dapat dihitung dengan informasi minimal 



VEKTOR PENYAKIT CACING

PENDAHULUAN 
Filariasis merupakan ( penyakit kaki gajah ) merupakan salah satu penyakit tertua dan paling melemahkan yang dikenal di dunia. Buku buku medis kuno dari cina, india dan persia melukiskan penyakit ini dalam patung patung mesir kuno dan ilustrasi balok kayu dari jepang yang menunjukan orang orang yang cacat karena filariasis limfatik ( Dean, 2001 ). filariasis adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang hidup dalam saluran limfe hospes dan ditularkan melalui gigitan nyamuk. Filariasis diperkirakan menginfeksi sekitar 120 juta penduduk di 80 negara terutama di daerah tropis dan beberapa daerah sub tropis ( Depkes RI,2002 ), Vektor filariasis adalah nyamuk. Di indonesia hingga saat ini telah diketahui terdapat 23 spesies nyamuk dari genus Mansonia, Anopheles, Culex, Aedes, dan Armigeres yang dapat berperan sebagai vektor dan vektor potensial sebagai penyakit fikariasis. sepuluh dari spesies nyamuk Anopheles telah di identifikasi sebagai vektor whucereria bancrofti tipe pedesaan. sedangkan untuk tipe wuchereria  bancrofoti tipe perkotaan adalah culex quinquefasciatus vektor bulgaria malayi tercatat ada enam species mansonia dan untuk wilayah indonesia timur selain mansonia juga anopheles.

GEJALA KLINIS FILARIASIS 
Ada dua jenis gejala filariasi yaitu klinis akut dan klinis kronis, gejala klinis akut berupa peradangan pada kelenjar limfe yang umumnya disertai demam, sakit kepala rasa lemah dan dapat terjadi pula asbes yang kemudian pecah dan sembuh dengan meninggalkan parut. parut ini sering ditemukan didaerah lipatan paha dan ketiak.

FILARIASIS LIMFATIK 
Filariasis limfatik merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria yang hidup disaluran kelanjar getah bening penyakit ini dapat menyebabkan gejala akut maupun kronis dan ditularkan oleh bebrbagai jenis nyamuk, gejala akut berupa demam berulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila istirahat dan timbul setelah bekerja berat peradangan dan saluran kelenjar getah bening terutama didaerah pangkal paha dan ketiak asbes dapat pecah dan mengeluarkan nanah pembesaran tungkai lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat kemerahan akan meninggalkan parut kemudian dapat berlanjut ke stadium kronis berupa pembesaran yang menetap stadium 1-7 yang menetap sukar disembuhkan dan menyebabkan cacat permanen hal ini dapat terjadi pada tungkai lengan, payudara, skortum dan vulva.
Penentuan Stadium Limfadema 
Limfadema terbagi dalam tujuh stadium atas dasar hilang tidaknya bengkak, ada tidaknya lipatan kulit ada tidaknya nodul ( benjolan ), penentuan stadium limfadema mengikuti kriteria sebagai berikut :

  1. Penetuan stadium limfadema terpisah antara anggota tubuh bagian kiri dan kananan, lengan dan tungkai. 
  2. Penentuan stadium limfadema lengan ( atas, bawah ) atau tungkai ( atas bawah ) dalam satu sisi dibuat dalam stadium limfadema 
  3. Penentuan stadium limfadema berpihak pada stadium yang terberat 
  4. penetuan stadium limfadema dibuat 30 hari setelah serangan akut sembuh. 
  5. penentuan stadium limfedema dibuat sebelum/sesudah pengobatan dan penatalaksanaan kasus
EPIDEMIOLOGI FILARIASIS DI INDONESIA 
Penentuan derajat endemisitas filariasis diukur berbagai parameter yaitu : 
  1. Angaka Mikrofilaria rate Mf rate  
     Mf Rate = JML Penduduk disurvei yg positifmi krofilaria x 100%  , 
                                    JML Penduduk yang di Survei 
bila mf rate >1% maka ditetapkan sebagai derah endemis dan harus dilaksanakan pengobatan masal , bila mf rate <1% maka ditetapkan sebagai daerah non - endemis dan harus dilaksanakan pengeobatan secara selesktif yaitu pengobatan hayan diberikan pada pasien dan anggota keluarganya serumah.

Angka Kesakitan Akut ( acute disease rate /ADR )
Untuk menentukan ADR diperikasa gejala gejala filariasis yaitu adenolimfangitis yang hilang timbul terutama sesudah bekerja berat kemudian dihitung jumlah pasien filariasis akut dibandingkan jumlah penduduk yang diperiksa dalam persentase. 
ADR = Jumlah pasien filaria akut      x     100%
      jumlah penduduk yang diperiksa
Angka Kesakitan Kronis ( chronic diasease rate / CDR )
dalam menentukan CDR yang dihitung adalah jumlah pasien filariasis kronis dibandingkan jumlah penduduk yang diperiksa dalam persentase 
CDR = Jumlah pasien filariasis kronik       x 100%
          jumlah penduduk yang diperikas 

SIKLUS HIDUP CACING FILARIA 
Siklus hidup cacing filaria cukup panjang yaitu masa pertumbuhannya dalam tubuh nyamuk sekitar 10-14 hari sedangkan pada manusia kurang lebih antara 3-7 bulan. cacing dewasa jantan dan betina hidup disaluran kelanjar limfe dan pembuluh limfe. setelah kopulasi cacing betina mengeluarkan mikrofilaria. 
mikrofilaria yang dihisap oleh nyamuk melepaskan sarungnya didakam lambung menembus diniding lambung dan bersarang diantara otot otot thoraks, mula mula parasit ini memendek, bentuknya menyerupai sosis dan disebut larva stadium satu didalam tubuh nyamuk larva mengalami 2 kali pergantian kulit berkembang dari stdium 1 menjadi stadium 2 yang lebih gemuk dan panjang kemudian makin panjang dan makin kurus disebut dengan stdium 3 larva stadium 3 merupakan larva efektif berimigrasgi kerongga dada dan thoraks, kepala alat tusuk nyamuk. bila nyamuk yang mengandung larva infektif menggigit manusia, maka larva tersebut masuk melalui luka tusuk kedalam tubuh hospes dan bersarang disaluran limfe.didalam tubuh manusia larva mengalami 2 kali pergantian kulit tumbuh menjadi larva stadium 4 dan stadium 5 atau cacing dewasa jantan dan betina cacing dewasa dapat bertahan lebih dari 10 tahun dalam sistem limfatik , berkembang biak dan memproduksi mikrofilaria



sumber :
Buku Vektor Penyakit Tropis Karangan Cecep Dani Sucipto,SKM,M.Sc


PRAKTIKUM LUMPUR MLSS DAN SVI


C Judul               : Pengukuran Mixed Liquor Suspended Solid (MLSS)
C Tujuan             : Untuk Mengetahui MLSS Dalam Lumpur
C Metode            : Filtrasi
C Prinsip             : Lumpur yang diambil dari bak aerasi disaring dengan menggunakan kertas filter yang telah distabilkan

C Alat dan Bahan    
Alat                 :
1.      3 Erlenmeyer
2.      3  corong
3.      Desikator
4.      Oven
5.      3 Gelas ukur
Bahan              :
1.      Lumpur Aktif
2.      Filter

C Cara Kerja       :
  1. Menyiapakan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum
  2. Melakukan penstabilan kertas filter dengan cara memanaskan kertas filter di dalam oven dengan temperatur 105°C selama 30 menit. Setelah itu kertas filter dimasukkan ke dalam desikator selama 15 menit, sebanyak 3 kali sampai berat filter stabil.
  3. Menyaring lumpur dengan menggunakan kertas filter yang telah distabilkan. Dengan cara menyiapkan/memasang kertas filter pada corong kemudian mengambil lumpur sebanyak 200 ml dan sampai dengan tersisa residu berupa endapan yang dihasilkan.
  4. Memasukkan kertas filter yang terdapat residu lumpur ke dalam oven dengan temperature 105°C selama 30 menit. Kemudian kertas filter dimasukkan ke dalam desikator lalu dibiarkan selama 15 menit dan ditimbang kembali. Penimbangan dilakukan sebanyak 3 kali.
  5. Menghitung MLSS

C Hasil perhitungan :

No. kertas filter
Berat Kertas filter Awal Pengukuran Ke- (Mg)
Berat Kertas filter Akhir Pengukuran Ke- (Mg)

1
2
3
1
2
3
1
1,221
1,220
1,220
3,928
3,928
3,925
2
1,210
1,210
1,209
3,561
3,560
3,555
3
1,175
1,175
1,174
3,464
3,460
3,458

Kertas  filter No.1:
Selisih berat awal        = √ 1,221+ 1,220+ 1,220
                                    = 1,91 gr
Rata-rata berat awal    = 1,221+ 1,220+ 1,220
                                                3
                                    = 1,220 gr

Selisih berat akhir        = √ 3,928+ 3,928 + 3,925
                                    = 3,432 gr
Rata-rata berat akhir   = 3,982 + 3,982 + 3,925
                                                3
                                    = 3,927gr
MLSS  = berat akhir – berat awal
                        Volume
            = 3927 mg – 1220 mg
                        0,2 L
            = 13.535 mg/L
Kertas filter No.2 :
Selisih berat awal        = √ 1,210+ 1,210+ 1,209
                                    = 1,904 gr
Rata-rata berat awal    = 1,210+ 1,210+ 1,209
                                                3
                                    = 1,209 gr
Selisih berat akhir      = √ 3,561 + 3,560 + 3,555
                                 = 3,267 gr
Rata-rata berat akhir  = 3,561 + 3,560+ 3,555
                                                3
                                 = 3,558 gr
MLSS = 3.558 mg – 1.209mg
                                 0,2 L
            = 11.745 mg/L

Kertas filter No.3 :
Selisih berat awal     = √ 1,175 +1,175 + 1,174
                                 = 1,877 gr
Rata-rata berat awal = 1,175+1,175+ 1,174
                                                3
                                 = 1,175 gr
Selisih berat akhir    = √ 3,464 + 3,460 + 3,458
                                  = 3,222gr
Rata-rata berat akhir = 3,464 + 3,460 + 3,458
                                                3
                                   = 3,461 gr
MLSS = 3.461mg – 1.175 mg
                        0,2 L
            = 11.432 mg/L
X MLSS = 13.535mg/L + 11.745mg/L + 11.432 mg/L
                                                3
            = 12.237 mg/L


 C Judul               : Pengukuran Sligde Volume Indeks (SVI)
C Tujuan             : Untuk Mengetahui SVI Dalam Lumpur Di IPAL Bojong Soang
C Metode            : Sedimentasi
C Prinsip             : Lumpur yang diambil dari tangki clarifier (tangki pengendap) diendapkan dalam tabung imhoff cone selama 30 menit, kemudian diukur tinggi endapanya.

C Alat dan Bahan    
Alat                 :
1.      Inhoff  Cone
2.      Statif dan klem
3.      Stopwatch
4.      Gelas ukur
5.      Corong
Bahan              :
1.      Sampel lumpur aktif

C Cara Kerja       :
1.      Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan, sebelum lumpur dimasukan ke dalam Inhoff cone, lumpur dihomogenkan terlebih dahulu
2.      Masukan 1 liter lumpur aktif ke dalam Inhoff cone
3.      Amati pengendapannya selama 30 menit, dengan 3 kali pengulangan. apabila dalam pengulangan tersebut terjadi perbedaan selisih penurunan yang tinggi, maka dilakukan pengulangan lagi selama 30 menit
4.      Kemudian nilai yang sudah didapat dicari selisihnya.


C Hasil Pengukuran :
Pengulangan ke-
Pengendapan
1
980 ml
2
975 ml
3
970 ml

C Perhitungan :
  1. Selisih Hasil Perhitungan
= √ 980+ 975 + 970
= 54,08 ml

  1. Rata-Rata Hasil Pengukuran (SV30)
SV30 = 980 + 975 + 970
               3
         = 2.925
                     3
               = 975 ml

  1. SVI
SVI =     SV30          x 1000  atau    SVI = SV30
           MLSS (mg)                                      MLSS (mg)

       SVI =  975 ml  x 1000
                  12.237 mg
              = 79,68 ml / gr
           


C Kesimpulan           :
Fungsi pengolahan secara biologis berjalan tidak optimum, karena SVI nya < 80 yaitu 79,68















Pembuatan Kompos Segitiga


Alat dan bahan :
Alat :
Terowongan udara , yang terbuat dari bambu atau kayu
l  Tinggi = 20 cm
l  Panjang = 1,5 – 2 meter
Bahan :
1.      Rasio karbon / nitrogen
Campuran dari daun kering , serbuk gergaji, atau bahan karbon lain digabung dengan kotoran hewan. Tanaman hijau, atau pupuk untuk nitrogen (approximately 4 : 1 by volume )
2.      Adanya mikroorganisme
Didapatkan dari beberapa sekop penuh tanah kebun yang subur atau kompos
3.      Tingkat kelembaban
Tumpukannya seharusnya mempunyai kelembaban seperti spon yang telah diperas. Tambahkan air bila perlu
4.      Tingkat oksigen
Tumpukan kompos sebaiknya dibalik dengan teratur agar dapat hancur lebih cepat. Membalik tumpukannya menambahkan oksigen sehingga lebih sering kamu membaliknya, semakin cepat ia hancur
5.      Ukuran partikel
Semakin halus ukuran partikelnya. Semakin luas daerah yang ada bagi mikroorganisme untuk bekerja. Mencacah daun-daun dan bahan yang besar mempercepat proses kompos
Cara kerja :
1.      Tumpukan daun-daun & bahan – bahan yang lain diatas satu terowongan udara & biarkan yang satunya
2.      Tambahkan bahan & siram dengan air secara teratur setiap hari agar tumpukan tetap lembab
3.      Setelah bagian bawah mulai menghitam ( seperti tanah ), baiklah tumpukan keatas terowongan udara yang satunya. Tumpuk bahan yang baru diatas terowongan yang lama
4.      Jaga kelembaban tumpukan dengan menyiramnya secara teratur & biarkan sampai menjadi kompos ( kira – kira 6 minggu atau warnanya kehitaman semua )
5.      Setelah bahannya menjadi kompos. Bisa digunakan untuk kebun. Ulangi lagi proses diatas. Supaya anda selalu punya kompos
6.      Kompos yang anda buat sendiri ini bisa digunakan untuk kesuburan tanah dan kesehatan tanaman anda.


KOMPOS CAIR

ALAT DAN BAHAN

1.      Pilih sampah organik seperti sisa makanan sayuran , kulit buah , sisa ikan , dll
2.      Sebaiknya sampah organik tersebut tidak dicacah dulu untuk memepercepat proses
3.      Siapkan cairan bioaktivator untuk mempercepat proses pembusukan 

CARA KERJA 

1.      Siapkan sprayer 1 liter
2.      Isi sprayer dengan air , sebaiknya digunakan air sumur untuk menghindari penggunaan bahan kimia
3.      Tambahkan bioaktifator ke dalam sprayer dengan perbandingan 1 liter + air + 1- 2 tutup botol ( 5 – 10 ml )
4.      Kocok sampai merata, cairan siap digunakan
5.      Sampah organik yang telah dicacah masukkan ke dalam komposter
6.      Semperotkan cairan bioaktivator hingga merata ke dalam sampah organik lalu tutup rapat
7.      Pada awal pemakaian komposter baru bisa menghasilkan lindi / kompos cair setelah 2 minggu selanjutnya lindi dapat dihasilkan 1- 2 hari.




Pembuatan Bakteri Penghancur / Effective Mikroorganisme (EM4)

ALAT dan BAHAN 

wadah ( baskom besar )
kompor gas
batang pengaduk
parutan / blender
panci
liter susu sapi atau susu kambing murni
isi usus ( ayam / kambing )
¼ kg terasi ( yang terbuat dari kepala / kulit udang / kepala ikan )
1 kg gula pasir
1 kg bekatul
1 buah nanas
10 liter air bersih 

CARA KERJA 
1.      Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2.      Masukkan terasi , gula pasir , bekatul , nanas ( yang sudah dihaluskan ) dan
 tambahkan air sebanyak 10 liter.
3.      Setelah semuanya diaduk rata , lalu bahan tersebut dimasak agar bakteri lain yang lain tidak diperlukan mati di atas kompor sampai mendidih
4.      Setelah mendidih angkat panci tersebut dan biarkan didinginkan beberapa menit
5.      Jika sudah dingin lalu masukkan susu (sapi atau kambing murni)  dan isi usus (ayam / kambing ) dan aduk rata.
6.      Setelah sudah diaduk rata , simpan dan diamkan selama 12 jam sampai cairan mengental dan terbentuk gelembung. jika cairan sudah kental dan terdapat gelembung – gelembung maka EM siap digunakan